Diskusi tentang senioritas memang diskusi yang tak kunjung habis. berbagai diskusi tentang pro kontra senioritas itu hampir kita temui tiap hari. mungkin fakultas kedokteran adalah fakultas yang paling tinggi kadar senioritasnya. Betapa tidak,tidak seperti di fakultas lain, ikatan kesejawatan profesi di fakultas ini sangatlah kental . ikatan profesi ini bahkan berlaku seumur hidup.
terlepas dari berbagai stigma jelek senioritas itu, bagi saya senioritas itu sebenarnya tetap dibutuhkan, utamanya di Fakultas kedokteran. Mengapa?
pertama, bagi saya, di fakultas kedokteran, senioritas adalah sebuah bentuk penghargaan kepada sesama manusia. Ajaran agama mana atau ajaran moral mana yang bisa membantah bahwa menghormati yang jauh lebih duluan ada sebagai bukan sesuatu yang baik. dan bagi seorang mahasiswa kedokteran, penghormatan dan penghargaan kepada orang lain adalah hal yang pertama harus dipelajari, karena selama hidup sebagai dokter kita akan berjumpa dan berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai kalngan. dari yang kaya hingga yang paling miskin, dari yang sehat sampai yang penyakitnya tak mampu lagi diselamatkan. Dan jika di kampus saja mereka tak bisa memberikan penghargaan kepada sesamanya mahasiswa atau kepada orang yang lebih tua dari mereka entah itu seniornya, dosennya, pegawai tata usaha atau mungkin cuma cleaning service, bagaimana bisa ia menghormati orang-orang yang mungkin lebih rendah statusnya secara sosial dan ekonomi dari dirinya di luar sana.
Kedua, tak pernah ada orang yang bisa menjadi dokter hanya dengan membaca buku. Secerdas dan sejenius apa pun dia. Bahkan jika pun ia adalah seorang malaikat yang menjelma menjadi manusia. Seorang mahasiswa kedokteran dalam perjalanannya menjadi seorang dokter selalu butuh interaksi dengan orang lain, dengan orang yang lebih duluan belajar ilmu kedokteran dari mereka. Setiap mahasiswa kedokteran pasti pernah diajar secara personal oleh seorang senior baik itu disamping tempat tidur pasien, di ruang diskusi atau bahkan di meja operasi. Ilmu itu diajarkan oleh mereka secara langsung person per person. Artinya, apa yang kita miliki hari ini sebagai dokter adalah sumbangsih dari orang yang pernah menjadi guru kita, senior kita. Oleh karena nya tidak ada alasan untuk tidak memberikan penghargaan dan penghormatan kepada mereka secara wajar dan pantas.
Saya pun juga tidak sepakat dengan senioritas yang memaksakan segala kehendak. Senioritas yang mengindoktrinasi sang yunior seolah mereka tak punya pikiran dan kepala. Membuat mereka seperti hamba dihadapan raja. Pada zaman saya menjadi maba, saya pun lebih banyak tidak sepakat dan membangkang kepada senior. Saya punya pengalaman, dikeluarkan dari MPMB oleh senior karena membangkang, dan sampai sekarang pun saya tetap dicap sebagai junior pembangkang oleh beberapa senior-senior.
Namun apapun itu, kita tetap butuh ruang-ruang pengkaderan dan bimbingan dari orang yang lebih tua (senior) kepada adik-adiknya yang lebih muda (junior). jadi, harus dipahami bahwa senioritas ada sebagai sebuah metode, bukan tujuan. senioritas adalah jalan bagi kita untuk membimbing adik-adik bukannya mengeksploitasi tanpa batas. bagi saya pribadi, tanpa bantuan dari seorang senior dan belajar dari mereka, saya mungkin tak akan bisa menjadi diri saya seperti sekarang. Di FK ini, sejak saya masuk di FK saya sangat termasuk orang yang beruntung karena mendapat kesempatan untuk berkenalan dan berinteraksi dengan orang-orang hebat yang telah mengajari saya bagaimana menjalani hidup sebagai mahasiswa. Saya bersyukur bahwa di waktu kuliah di Fakultas Kedokteran yang singkat ini, saya bisa bisa kenal dengan kanda khalik yang selalu mengajarkan bagaimana menjadi seorang problem solver, kanda irga yang selalu menunjukkan keteladanan seorang pemimpin, kanda tazrif yang selalu mengajarkan keteguhan sikap dan idealisme, dan kanda-kanda lainnya yang tak sempat saya sebutkan nama-namanya.
Harus diakui memang, bahwa senior-senior hari ini sudah semakin jauh dari makna senioritas yang sesungguhnya. Bagi saya, menjadi senior adalah berarti menjadi teladan, dan senioritas berati menunjukkan keteladanan. Mari menjadi senior yang sebenarnya...
terlepas dari berbagai stigma jelek senioritas itu, bagi saya senioritas itu sebenarnya tetap dibutuhkan, utamanya di Fakultas kedokteran. Mengapa?
pertama, bagi saya, di fakultas kedokteran, senioritas adalah sebuah bentuk penghargaan kepada sesama manusia. Ajaran agama mana atau ajaran moral mana yang bisa membantah bahwa menghormati yang jauh lebih duluan ada sebagai bukan sesuatu yang baik. dan bagi seorang mahasiswa kedokteran, penghormatan dan penghargaan kepada orang lain adalah hal yang pertama harus dipelajari, karena selama hidup sebagai dokter kita akan berjumpa dan berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai kalngan. dari yang kaya hingga yang paling miskin, dari yang sehat sampai yang penyakitnya tak mampu lagi diselamatkan. Dan jika di kampus saja mereka tak bisa memberikan penghargaan kepada sesamanya mahasiswa atau kepada orang yang lebih tua dari mereka entah itu seniornya, dosennya, pegawai tata usaha atau mungkin cuma cleaning service, bagaimana bisa ia menghormati orang-orang yang mungkin lebih rendah statusnya secara sosial dan ekonomi dari dirinya di luar sana.
Kedua, tak pernah ada orang yang bisa menjadi dokter hanya dengan membaca buku. Secerdas dan sejenius apa pun dia. Bahkan jika pun ia adalah seorang malaikat yang menjelma menjadi manusia. Seorang mahasiswa kedokteran dalam perjalanannya menjadi seorang dokter selalu butuh interaksi dengan orang lain, dengan orang yang lebih duluan belajar ilmu kedokteran dari mereka. Setiap mahasiswa kedokteran pasti pernah diajar secara personal oleh seorang senior baik itu disamping tempat tidur pasien, di ruang diskusi atau bahkan di meja operasi. Ilmu itu diajarkan oleh mereka secara langsung person per person. Artinya, apa yang kita miliki hari ini sebagai dokter adalah sumbangsih dari orang yang pernah menjadi guru kita, senior kita. Oleh karena nya tidak ada alasan untuk tidak memberikan penghargaan dan penghormatan kepada mereka secara wajar dan pantas.
Saya pun juga tidak sepakat dengan senioritas yang memaksakan segala kehendak. Senioritas yang mengindoktrinasi sang yunior seolah mereka tak punya pikiran dan kepala. Membuat mereka seperti hamba dihadapan raja. Pada zaman saya menjadi maba, saya pun lebih banyak tidak sepakat dan membangkang kepada senior. Saya punya pengalaman, dikeluarkan dari MPMB oleh senior karena membangkang, dan sampai sekarang pun saya tetap dicap sebagai junior pembangkang oleh beberapa senior-senior.
Namun apapun itu, kita tetap butuh ruang-ruang pengkaderan dan bimbingan dari orang yang lebih tua (senior) kepada adik-adiknya yang lebih muda (junior). jadi, harus dipahami bahwa senioritas ada sebagai sebuah metode, bukan tujuan. senioritas adalah jalan bagi kita untuk membimbing adik-adik bukannya mengeksploitasi tanpa batas. bagi saya pribadi, tanpa bantuan dari seorang senior dan belajar dari mereka, saya mungkin tak akan bisa menjadi diri saya seperti sekarang. Di FK ini, sejak saya masuk di FK saya sangat termasuk orang yang beruntung karena mendapat kesempatan untuk berkenalan dan berinteraksi dengan orang-orang hebat yang telah mengajari saya bagaimana menjalani hidup sebagai mahasiswa. Saya bersyukur bahwa di waktu kuliah di Fakultas Kedokteran yang singkat ini, saya bisa bisa kenal dengan kanda khalik yang selalu mengajarkan bagaimana menjadi seorang problem solver, kanda irga yang selalu menunjukkan keteladanan seorang pemimpin, kanda tazrif yang selalu mengajarkan keteguhan sikap dan idealisme, dan kanda-kanda lainnya yang tak sempat saya sebutkan nama-namanya.
Harus diakui memang, bahwa senior-senior hari ini sudah semakin jauh dari makna senioritas yang sesungguhnya. Bagi saya, menjadi senior adalah berarti menjadi teladan, dan senioritas berati menunjukkan keteladanan. Mari menjadi senior yang sebenarnya...
Posting Komentar