beberapa hari yang lalu dalam sebuah diskusi dengan beberapa teman-teman, terlontar sebuah keluhan dari mulut seorang teman, katanya dia heran dengan seniman zaman sekarang. dia heran, katanya dari berapa banyak seniman yang ada di indonesia sekarang, tak satupun yang tertarik untuk mengangkat tema-tema kepahlawanan dalam karya mereka. ia membandingkan lagu-lagu yang dihasilkan sekarang semuanya tak satupun yang bertema kepahlawanan, bandingkan misalnya dengan lagu-lagu zaman dulu ketika zamannya ismail marzuki dengan lagu kopral jono nya hingga zamannya titiek puspa, semuanya punya tema lagu, setidaknya pernah membuat lagu, yang bertema kepahlawanan.
dalam hati saya manggut-manggut. benar juga ya... hhmmm.. mungkin benar kata seorang teman dulu. bahwa globalisasi ttidak hanya menghapuskan sekat sekat negara, sekat-sekat wilayah dan sekat sekat waktu, namun lebih dari itu kuga telah menghapuskan identitas manusia. menghapuskan perasaan bangga sebagai sebuah entitas bangsa.
di satu sisi, globalisasi dengan segala kompleksitasnya memang punya andil, tapi menurut saya ada juga satu hal penting yang menyebabkan kurangnya animo anak bangsa untuk menciptakan karya seni bertemakan kepahlawanan. yaitu kegagalan kepemimpinan. yah.. di zamannya ismail marzuki yang hidup di zaman revolusi fisik dan konfrontasi dengan malaysia, sosok bung karno yang khari9smatik memang begitu menginspirasi banyak orang. kepemimpinannya yang kuat (terlepas dari begitu banyaknya kontroversi terkait kebijakannya) begitu mampu menyihir dan memukau banyak orang, tidak hanya di Indonesia, namun juga menginspirasi dan mempengaruhi jutaan bangsa-bangsa tertindas dan terbelakang di segenap asia afrika.
Nah.. karya seni, apalagi lirik lagu merupakan hasil refleksi seniman terhadap kondisi zamannya. ketika soekarno menjadi pemimpin negeri, ia mampu memberikan arahan akan cita-cita bangsa, ia mampu membangkitkan semangat patriotisme anak bangsa. semangat inilah yang kemudian direkam oleh seniman-seniman waktu itu yang kemudian melahirkan kaya-karya kepahlawanan. sedangkan sekrang kepemimpinan kita hanya melahirkan pesimisme dan skeptisme terhadap kondisi dan masa depan bangsa. pemimpin tak mampu memberikan arahan yang jelasa akan cita-cita bangsa, dan juga tak mampu menumbuhkan semangat kebangsaan itu ke dalam kehidupan rakyatnya
jadi, bagaimana sekarang? kita tak mungkin menghidupkan soekarno untuk berdiri di depan jutaan rakyat Indonesia, dan berharap orasinya akan mampu menggetarkan rakyat republik ini. karena itulah, yang perlu (atau setidaknya yang terpikirkan oleh saya) untuk dilakukan oleh anak bangsa adalah berprestasilah! jadilah anak bangsa yang bisa dibanggakan jadilah anak bangsa yang bisa dijadikan inspirasi bagi jutaan rakyat yang sedang kehilangan harapan, bagi jutaan rakyat yang sedang dilanda skeptisme kronik.
dalam hati saya manggut-manggut. benar juga ya... hhmmm.. mungkin benar kata seorang teman dulu. bahwa globalisasi ttidak hanya menghapuskan sekat sekat negara, sekat-sekat wilayah dan sekat sekat waktu, namun lebih dari itu kuga telah menghapuskan identitas manusia. menghapuskan perasaan bangga sebagai sebuah entitas bangsa.
di satu sisi, globalisasi dengan segala kompleksitasnya memang punya andil, tapi menurut saya ada juga satu hal penting yang menyebabkan kurangnya animo anak bangsa untuk menciptakan karya seni bertemakan kepahlawanan. yaitu kegagalan kepemimpinan. yah.. di zamannya ismail marzuki yang hidup di zaman revolusi fisik dan konfrontasi dengan malaysia, sosok bung karno yang khari9smatik memang begitu menginspirasi banyak orang. kepemimpinannya yang kuat (terlepas dari begitu banyaknya kontroversi terkait kebijakannya) begitu mampu menyihir dan memukau banyak orang, tidak hanya di Indonesia, namun juga menginspirasi dan mempengaruhi jutaan bangsa-bangsa tertindas dan terbelakang di segenap asia afrika.
Nah.. karya seni, apalagi lirik lagu merupakan hasil refleksi seniman terhadap kondisi zamannya. ketika soekarno menjadi pemimpin negeri, ia mampu memberikan arahan akan cita-cita bangsa, ia mampu membangkitkan semangat patriotisme anak bangsa. semangat inilah yang kemudian direkam oleh seniman-seniman waktu itu yang kemudian melahirkan kaya-karya kepahlawanan. sedangkan sekrang kepemimpinan kita hanya melahirkan pesimisme dan skeptisme terhadap kondisi dan masa depan bangsa. pemimpin tak mampu memberikan arahan yang jelasa akan cita-cita bangsa, dan juga tak mampu menumbuhkan semangat kebangsaan itu ke dalam kehidupan rakyatnya
jadi, bagaimana sekarang? kita tak mungkin menghidupkan soekarno untuk berdiri di depan jutaan rakyat Indonesia, dan berharap orasinya akan mampu menggetarkan rakyat republik ini. karena itulah, yang perlu (atau setidaknya yang terpikirkan oleh saya) untuk dilakukan oleh anak bangsa adalah berprestasilah! jadilah anak bangsa yang bisa dibanggakan jadilah anak bangsa yang bisa dijadikan inspirasi bagi jutaan rakyat yang sedang kehilangan harapan, bagi jutaan rakyat yang sedang dilanda skeptisme kronik.
Posting Komentar