BAsic Training dan relevansinya dalam kehidupan kita

Saya menulis catatan ini, beberapa jam sebelum pembukaan basic training Himpunan Mahasiswa ISlam (HmI)angkatan ke-80 komisariat kedokteran Unhas, yang akan dibuka sebentar lagi di LAN antang. basic training yang ke-80, sebuah rentang waktu yang begitu panjang tentu saja. Dari sejak basic training diselenggarkan berpuluh-puluh tahun lalu di fakultas kedokteran oleh para generasi fakultas kedokteran Unhas pertama, telah begitu panjang waktu yang telah dilewati, begitu banyak perubahan yang terjadi dan begitu banyak alumni yang telah ditetaskan di forum yang sering juga disebut LK (latihan kader) tingkat I ini.

Tentu saja, di usianya yang telah dewasa( saya berusaha menghibur diri dengan tak menyebutnya tua), ada banyak hal yang telah dilewati dan mengalami perubahan dari penyelenggaraan basic training, mulai dari permasalahan teknis, seperti bagaimana cari dana, bagaimana panjang waktunya, hingga permasalahan konseptual mendasar dalam penyelenggaraan pengkaderan. Namun dari sekian banyak perubahan yang terjadi itu, ada satu pertanyaaan penting yang harusnya kita jawab, yaitu benarkah basic training telah mencapai tujuan mulianya sejak pertama diselenggarakan yaitu membentuk karakter insan cita?

Terlepas dari begitu banyak alumni basic training HmI yang kelak di kemudian hari menjadi tokoh-tokoh nasional di berbagai bidang kehidupan, mulai dari pengusaha sampai politikus, mulai dari dokter sampai tentara, kita tetap saja harus bertanya, bagaimana relevansi basic training dengan peningkatan kualitas manusia-manusia alumninya, utamanya dalam menghadapi kompleksitas permasalahan masyarakat hari ini.

Hari ini kita hidup di dunia yang semakin kompleks dan rumit untuk dimengerti.
Kemajuan peradaban manusia, dalam berbagai bidang telah membawa kita pada kondisi dunia yang semakin rumit untuk dijelaskan. Perkemabngan kebudayaan kita telah menghasilkan kecenderungan-kecenderungan yang membuat kita tak mampu lagi benar-benar memahami realitas dunia tempat kita hidup dengan menggunakan teori-teori sosial klasik. Itulah sebanya, belakangan ini berkembanglah teori-teori baru yang berusaha menjelaskan fenomena-fenomena sosial yang semakin sulit dimengerti, semisal teori-teori post strukturalisme, teori-teori postmodernisme dan berbagai pendekatan lain yang berusaha dikembangkan.

Akibat lebih jauh dari semakin kompleks dan rumitnya realitas dunia ini, membuat nilai-nilai norma dan batas-batas kebajikan yang selama ini menjadi tempat kita berpegang dan berpijak sedikit banyaknya perlu disusun kembali. Kadang-kadang, pergeseran nilai dan batas-batas ini menjadikan kita kehilangan arah dan orientasi dalam menjalani kehidupan.

Nah.. harusnya di sinilah peran basic training sebagai tempat kelahiran pemikiran-pemikiran kader HmI. Basic Training tidak hanya menjadi tempat kita merevolusi pemikiran kita dari pemikiran yang primitif ke pemikiran yang lebih baik, tapi juga memberikan pijakan dasar bagi pembangunan paradigma (cara pandang) baru kita dalam melihat realitas dunia, agar di tengah zaman yang multitafsir (bahkan dalam beberapa hal, mengarah ke nihilisme) kita tidak kehilanan arah dan pijakan.

Dalam Basic Training sendiri, sebenarnya yang menjadi intinya adalah nilai dasar perjuangan, atau bisa disingkat NDP (mohon maaf jika analisa ini berasal dari pemikiran saya yang masih dangkal mengenai Basic Training dan nilai dasar pejuangan). Dan NDP sendiri pada hakikatnya mengandung dua hal penting yaitu, dekonstruksi cara berpikir lama dan pembangunan pondasi bagi cara perpikir baru yang lebih rasional. Dekonstruksi cara berpikir lama mengarah pada usaha mengubah cara berpikir kita yang selama ini masih primitif, suka taqlid buta, tidak rasional dan cenderung menjauhi kebenaran. Itu sebabnya di forum basic training, sering ada yang disebut sebagai forum "dialog kebenaran" (sering dipakai di daerah sulawesi) atau "revolusi kesadaran" (sering dipakai di daerah jawa barat dan sumatera) atau istilah-istilah lain yang mengarah pada usaha mengubah cara berpikir kita menjadi lebih rasional, inklusif, dan universal. materi-materi NDP sendiri, yang dibagi ke dalam 8 bab adalah paradigma baru dalam memandang dunia kader HmI. NDP tidak hanya memberikan arahan bagi pencapaian keimanan yang sebenarnya (aspek teologis) namun juga sampai pada pencapaian tanggung jawab kemanusiaan dan tanggung jawab sosial (aspek antropo-sosiologis) manusia.

Pada fungsinya, dalam merekonstruksi dan memberikan arahan bagi cara pandang baru inilah, basic training diharapkan menjadi sebuah langkah awal bagi pembagunan karakter insan cita. Tentu saja, selalu dibutuhkan perbaikan-perbaikan dan adaptasi agar forum-forum baic training tidak hanya menjadi ritual-ritual yang kehilangan makna dan fungsi.

Selamat buat bunga-bunga baru hijau hitam. tumbuhlah. hiduplah seribu tahun lagi, agar wangimu mewarnai jalan-jalan masa depan
0 Responses