Mengapa kau takut terlihat tua? Padahal satu-satunya alasan mengapa aku mencintaimu adalah karena aku mencintaimu...
Pada suatu pagi yang berkabut di akhir januari ia mendapati istrinya sedang duduk di depan cermin. Lama sekali. Diamatinya istrinya yang sedang mencari-cari sesuatu di wajahnya. Ohhh... ada kerutan di bawah mataku, istrinya memekik. Ia tahu apa yang selalu ditakutkan istrinya itu, tapi sebelum ia menyadarinya, istrinya kembali memekik sambil memegang dan mengurai-urai rambutnya. Ada sejentik kilauan perak disana. ia tahu, mengapa sudah berapa bulan ini istrinya tak pernah lagi memakai sepatu hak setinggi lima senti.
Istrinya menjawab: Lalu mengapa kau juga takut terlihat lemah? padahal satu-satunya alasan mengapa aku membutuhkanmu adalah karena aku mencintaimu...
Pagi tadi ia sedang lari pagi bersama suaminya. Entah mengapa belum selesai satu putaran lapangan sepakbola, suaminya telah terengah-engah. Nafasnya jauh meninggalkannya namun tetap saja ia berlari tak peduli pada mukanya yang memerah persis seperti pisang goreng yang selau mereka habiskan tiap pagi selama dua puluh tahun. Ia tahu suaminya telah berumur kepala lima dan itu sebabnya beberapa bulan terakhir mereka hanya mampu menyelesaikan satu malam dalam seminggu malam-malam yang mereka punya.
Pada suatu pagi yang berkabut di akhir januari ia mendapati istrinya sedang duduk di depan cermin. Lama sekali. Diamatinya istrinya yang sedang mencari-cari sesuatu di wajahnya. Ohhh... ada kerutan di bawah mataku, istrinya memekik. Ia tahu apa yang selalu ditakutkan istrinya itu, tapi sebelum ia menyadarinya, istrinya kembali memekik sambil memegang dan mengurai-urai rambutnya. Ada sejentik kilauan perak disana. ia tahu, mengapa sudah berapa bulan ini istrinya tak pernah lagi memakai sepatu hak setinggi lima senti.
Istrinya menjawab: Lalu mengapa kau juga takut terlihat lemah? padahal satu-satunya alasan mengapa aku membutuhkanmu adalah karena aku mencintaimu...
Pagi tadi ia sedang lari pagi bersama suaminya. Entah mengapa belum selesai satu putaran lapangan sepakbola, suaminya telah terengah-engah. Nafasnya jauh meninggalkannya namun tetap saja ia berlari tak peduli pada mukanya yang memerah persis seperti pisang goreng yang selau mereka habiskan tiap pagi selama dua puluh tahun. Ia tahu suaminya telah berumur kepala lima dan itu sebabnya beberapa bulan terakhir mereka hanya mampu menyelesaikan satu malam dalam seminggu malam-malam yang mereka punya.
Posting Komentar