Aku merindukan hening yang selalu mempertautkan kau, aku, buku-buku, majalah-majalah dan malam-malam (yang selalu terasa) panjang tiap kau dan aku duduk sambil menikmati cappucino hangat di depan cafe baca ini. Entah dengan apa, tapi erangan cecak, bunyi lembar-lembar buku dan majalah dan dentang jam selalu saja punya cara untuk mengikatkan jemarimu dan jemariku pada meja baca yang beku entah karena malam yang melelahkan atau lelah yang kemalaman...
Aku makin rindu pada hening yang karenanya aku bisa belajar dan berlatih untuk membaca pikiran-pikiran yang mengapung-apung di atas kepalamu tanpa kau dan aku perlu berucap setengah patah kata pun lalu kau dan aku akan tertawa dan senyum sama-sama menikmati kebodohanku yang berusaha memecah bisu dengan isi-isi majalah yang kosong...
Aku tahu, kau dan aku selalu berpura tak peduli pada hening yang merayap pelan dari kuku-kuku kaki kau dan aku, lalu naik ke lutut dan menggerayangi dengan nikmat tubuh kau dan aku, yang membuat kau dan aku menggeser-geser tempat duduk tidak jelas karena gelisah. Yang kutahu dan kau juga pasti tahu adalah kau dan aku selalu menikmati hening ini yang membuatku yakin kau akan kembali menunnguku di depan cafe baca ini nanti malam...
Posting Komentar