Setelah berkilo-kilo waktu
dan bertumpuk-tumpuk jarak
aku lewati
tak ada yang kubawa selain sederet catatan perjalanan
Tentang danau:
Aku sebenarnya masih membenci genangan air ini dan masih menyesal dilahirkan disini dengan kulit hijau yang basah, lembab dan berminyak, sampai akhirnya aku pertama kali menemukanmu terapung di tengah danau. hanyut di antara teratai dan ranting-ranting yang patah.
sejak saat itu aku belajar menahan napas kuat-kuat hingga keluar semua urat-urat di tenggorokanku, menggembungkan tubuh agar mampu mengapung mengejarmu
tentang sungai:
Aku masih belajar mengapung saat kau hanyut terbawa arus ke muara. Ke air lapar yang tak pernah kulihat sebelumnya , yang menghisap sisa-sisa daun yang membusuk, membawa semua air entah ke mana. Beberapa di antaranya penuh batu yang licin dan tajam, sementara aku harus berjuang melawan arus yang semakin buas, sementara tanganku yang lain masih berusaha menggapaimu
Karena itu, aku harus belajar berenang, belajar sekuat mungkin melawan arus, dan segesit mungkin menghindari batu: untuk mencapaimu
tentang rawa-rawa:
Aku kehilangan jejakmu di sana. Tersesat di antara rumput-rumput tinggi yang menjulang menembus air. Aku mencarimu di antara air yang hitam dan berbau, tapi aku tak menemukanmu.
Sejak saat itu aku harus belajar berteriak keras, berteriak memanggil namamu di sepanjang air dan lumpur yang hitam.
tentang langit:
sampai sekarang aku masih berusaha mencapaimu, walaupun beberapa hari terakhir baru kutahu kalu kau sudah terbang ke atas sana.
Maka aku belajar terbang, tapi sampai sekarang aku tak mampu juga bahkan mnyentuh sinarmu…
dan bertumpuk-tumpuk jarak
aku lewati
tak ada yang kubawa selain sederet catatan perjalanan
Tentang danau:
Aku sebenarnya masih membenci genangan air ini dan masih menyesal dilahirkan disini dengan kulit hijau yang basah, lembab dan berminyak, sampai akhirnya aku pertama kali menemukanmu terapung di tengah danau. hanyut di antara teratai dan ranting-ranting yang patah.
sejak saat itu aku belajar menahan napas kuat-kuat hingga keluar semua urat-urat di tenggorokanku, menggembungkan tubuh agar mampu mengapung mengejarmu
tentang sungai:
Aku masih belajar mengapung saat kau hanyut terbawa arus ke muara. Ke air lapar yang tak pernah kulihat sebelumnya , yang menghisap sisa-sisa daun yang membusuk, membawa semua air entah ke mana. Beberapa di antaranya penuh batu yang licin dan tajam, sementara aku harus berjuang melawan arus yang semakin buas, sementara tanganku yang lain masih berusaha menggapaimu
Karena itu, aku harus belajar berenang, belajar sekuat mungkin melawan arus, dan segesit mungkin menghindari batu: untuk mencapaimu
tentang rawa-rawa:
Aku kehilangan jejakmu di sana. Tersesat di antara rumput-rumput tinggi yang menjulang menembus air. Aku mencarimu di antara air yang hitam dan berbau, tapi aku tak menemukanmu.
Sejak saat itu aku harus belajar berteriak keras, berteriak memanggil namamu di sepanjang air dan lumpur yang hitam.
tentang langit:
sampai sekarang aku masih berusaha mencapaimu, walaupun beberapa hari terakhir baru kutahu kalu kau sudah terbang ke atas sana.
Maka aku belajar terbang, tapi sampai sekarang aku tak mampu juga bahkan mnyentuh sinarmu…
Posting Komentar