berhentilah mengeluhkan kemacetan

Beberapa hari yang lalu, ketika peringatan hari anti korupsi sedunia, Makassar dilanda macet total. saya sedang berada dalam perjalanan pulang kerumah sore itu, saat saya terjebak macet di daerah jl.perintis kemerdekaan. Makassar macet total, kendaraan tak bisa bergerak sama sekali dan saya terjebak di tengah-tengah. Sama sekali tak ada jalan alternative yang bisa digunakan untuk meloloskan diri dari tumpukan kendaraan. Sembari menunggui arus kendaraan bergerak kembali, saya mencoba-coba membuka Fesbuk dan twitter lewat Handphone. Dari facebook dan twitter lah, saya tahu kalau kemacetan ini terjadi hampir di seluruh kota, dan terjadi akibat demonstrasi mahasiswa memperingati hari anti korupsi. Beberapa teman-teman dengan nada kasar menghujat demonstrasi mahasiswa yang menjadi penyebab kemacetan ini.

Namun di tulisan ini, saya tak hendak membahas kemacetan dan demonstrasi itu. Ikut-ikutan mengomentari demonstrasi dan kemacetan itu tidak akan menyelesaikan masalah, malah hanya menghabiskan energy saja. Saya bukannya tak mau sok suci dengan pura-pura tak mengeluh saat terjebak kemacetan di tengah-tengah perjalanan pulang dari kampus yang melelahkan. Namun, daripada terjebak dalam hujatan-hujatan dan keluhan yang sangat tak konstruktif, saya lebih memilih menepikan kendaraan, mematikan mesin, memasang headset, menyetel musik dan mencoba menikmati kemacetan.
Mencoba memahami kemacetan dalam sudut pandang seperti ini memang susah. Tapi saya mencoba melihatnya seperti ini; Kita begitu marah saat terjbak di tengah kemacetan, karena macet telah menghisap waktu-waktu produktif kita. Bagi kita yang hidup di kota-kota besar, dengan tingkat kesibukan dan mobilitas yang begitu tinggi, kehilangan waktu lima menit saja bisa membuat kita begitu marah dan uring-uringan.

Di sela-sela kemacetan itu, saya menyadari beberapa hal. Saya menyadari betapa kehidupan kita setiap hari bergerak begitu cepat. Cobalahkita tengok kehidupan kita tiap hari. Bagi seorang mahasiswa kedokteran (saya kebetulan mahasiswa kedokteran), kita berangkat ke kampus tiap hari jam tujuh pagi, lalu mengikuti kuliah sampai sore, pulang kuliah kita harus mengerjakan berbagai laporan praktikum, tugas-tugas mata kuliah, mengulangi pelajaran, plus mempersiapkan mata kuliah keesokan harinya. Bagi mahasiswa koass jauh lebih sibuk lagi. Bagi mahasiswa di jurusan lain, entahlah sesibuk apa, tapi rasa-rasanya, kesibukannya tak akan jauh berbeda. Bagi yang sudah bekerja, kesibukan pastinya jauh ebh berat lagi. Saya beberapa kali memperhatikan siklus kehidupan harian beberapa senior-senior dan dosen saya dikampus. Dan kehidupannya, rata-rata tidak jauh berbeda satu sama lain, sama-sama sibuk. Berangkat ke Rumah Sakit jam tujuh pagi, pulang sore, lanjut ke klinik hingga jam sepuluh malam. Dan itu berlangsung setiap hari!

Saya kadang-kadang berpikir apakah teman-teman sejawat (atau calon sejawat) lain ini tak pernah jenuh dengan kehidupannnya? Kehidupan kita selama ini (apapun itu, baik kehidupan sekolah, kuliah, kerja, dsb) tiap hari berjalan dalam tempo yang begitu cepat (perhatikan betapa tiap hari kita selalu merasa diburu-buru waktu), begitu penuh (cobalah menghitung waktu istirahat kita tiap hari) dan begitu determinisnya (kita bahkan tak pernah memikirkan betapa ketatnya jadwal siklus hidup kita). Dan kita semua melewati hari-hari yang super sibuk ini tanpa pernah bertanya, seakan-akan memang seperti itulah harusnya kita mengisi hidup.

Memang menjalani hari-hari yang penuh kesibukan itu merupakan suatu hal yang positif, setidaknya bagi masyarakat modern. Data menunjukkan, bahwa semakin maju masyarkat, tingkatkesibukan masyaraktnya makin tinggi, dan rata-rata waktu senggang yang dimiliki penduduknya makin rendah. Namun, kecepatan laju kesibukan kita dalam beberapa hal menimbulkan efek negatif. Data menunjukkan, kesibukan profesi berpengaruh terhadap tingginya tingkat stress, dan kerentanan terhadap tekanan emosional, dan penurunan kekebalan terhadap penyakit bagi masyarakat yang hidup di kota besar.

Di sisi lain, tanpa kita sadari, rutinitas siklus hidup yang begitu cepat dan berulang-ulang tiap hari ini juga menyebabkan kita menjadi robot. Ya, menjadi robot. Bayangkan saja, kita melakukan hal yang sama dan berulang-ulang tiap hari,tanpa jeda, tanpa istrahat dan dalam kecepatan tinggi. Lama-kelamaan rutinitas itu kita lakukan bukan atas dasar kesadaran kita, melainkan karena memang sudah kebiasaan. Akibatnya adalah kita kehilangan kepekaan dan kehilangan kesadaran terhadap apa yang sedang kita lakukan. Kita tak ubahnya robot yang telah diprogram untuk melakukan sesuatu. Bedanya adalah kita bernafas, robot tidak.

Memang agak susah untuk bisa melepaskan diri dari belenggu rutinitas dan kecepatan hidup harian kita. Rutinitas dan belenggu kecepatan hidup ini disetting sedemikian rupa dalam bentuk jadwal kuliah yang padat, tugas kuliah, praktikum, jadwal kerja, kepentingan klien, kepentingan bisnis, dan sebagainya. Dan kita menerima itu semua tanpa pernah menggugat. Kita dirobotisasi sedemikian rupa, dan kita menerimanya begitu saja. Untuk itulah mungkin, di sela-sela kehidupan kita yang super-sibuk itu, kita kadang-kadang butuh kemacetan. Jadi, berhenti menggerutu dan selamat menikmati kemacetan…
baca tulisan ini lebih jauh

Wikileaks dan tatanan dunia baru

tragedi penyerangan menara kembar WTC dan gedung Penthagon pada tanggal 11 september, 9 tahun silam menandai dimulainya tatanan baru dalam dunia politik internasional. Pasca berakhirnya perang dingin di awal tahun 90-an, tragdi 911 praktis menjadi babak baru bagi tatanan dunia internasional. Akibat dari serangan ini, Amerika di bawah komando bush jr. berdiri di hadapan internasional mengumandangkan perang terhadap terorisme yang praktis membagi dunia ini menjadi poros amerika dan poros teroisme (versi amerika). sederhananya "jika anda bukan bagian dari kami, maka anda adalah bagian dari terorisme yang harus diberangus". maka dimulailah perang membasmi terorisme versi amerika di sentero bumi, mulai dari afganistan, irak, dan mungkin sebentar lagi iran, atau korut.

Namun, tiba-tiba beberapa hari belakangan ini, dunia internasional dikejutkan dengan bocornya informasi super-rahasia milik pemerintah AS di situs wikileaks. Ratusan ribu dokumen rahasia yang sebagian besar di antaranya merupakan bocoran lalu lintas kawat diplomatik dari kementerian luar negeri dan kementerian pertahanan AS di washington kepada seluruh konsulatnya di luar negeri dan sebaliknya ini benar-benar menggemparkan dunia.

Beberapa pengamat internasional menganggap bocornya informasi ini merupakan sebuah bencana paling besar di bidang informasi. Efeknya bahkan bisa mengalahkan efek dari serangan WTC karena sebagaian besar informasi yang dipublikasikana oleh wikileaks merupakan informasi yang sangat rahasia.

Efek ang paling terasa secara langsung akibat dari bocornya kawat diplomatik ini adalah perubahan dalam pola diplomasi negara-negara dunia terkait dengan AS. Berbagai dokumen yang dibocorkan menggambarkan bagaimna persepsi dan rencana rahasia AS terhadap negara-negara di dunia beserta pemimpinnya. dalam beberapa surat rahasia itu, presiden afganistan digambarkan sebagai seorang paranoid yang terlalu lemah, kanselir Jerman, Angela Merkel digambarkan dalam istilah 'kanselir teflon", presiden prancis nicola Sarcozy digambarkan sebagai "pejabat tanpa busana", serta berbagai sentimen negatif dan kecurigaan lainnya terhadap pemimpin-pemimpin dunia.

Laporan-laporan ini tidak hanya mebuktikan kecurigaan dan sentimen negatif AS terhadap negara-negara lain di dunia, namun juga memberikan gambaran ketakutan AS akan kekuatan-kekuatan lain. tentu saja, di tengah buruknya diplomasi AS selama ini, baik dalam menyelesaikan sengketa Timur Tengah, memburuknya keamanan di irak dan Afganistan, krisis Korea, resistensi terhadap Amerika yang semakin meluas di Amerika Selatan, serta kekacauan politik di sebagian besar afrika, bocornya informasi ini akan semakin memperlemah posisi Amerika di dunia internasional. Bahkan tak mungkin loyalis-loyalis amerika yang selama ini patuh terhadap perintah washington, akan berbalik arah, atau setidaknya negara-negara yang selama ini memperlihatkan sikap netral dalam urusan-urusan Amerika akan semakin berani angkat bicara.

Efek jangka panjang yang akan dirasakan adalah keguncangan ekonomi. Sentimen negatif terhadap amerika, ketidak pastian kebijakan luar negeri pasca bocornya informasi rahasia ini, serta keguncangan dan kepanikan pelaku ekonomi skala internasional, bisa saja mempengaruhi pasar saham internasional. atau setidaknya sentimen positif yang berusaha dibangu oleh Amerika pasca krisis ekonomi yang melanda mereka dua tahun silam harus menemui jalan terjal. Bagaimanapun semakin sulit menemukan kepercayaan terhdapa Amerika pasca bocornya informasi.

Di tengah kegemparan dunia akibat bocornya informasi ini, orang mulai bertanya-tanya, bagaiman konstalasi dan peta kekuatan politik internasional pasca bocornya informasi ini. melihat respon negara-negara lain sesaat setelah bocornya informasi ini. Sebagian besar negara-negara yang terkait dan disebutkan dalam dokumen-dokumen itu memilih bersikap (kelihatan) tenang. Yang sibuk justru kemnetrian luar negeri dan kedubes AS yang sibuk memperbaiki hubungan dan menjelaskan perihal isi dokumen itu ke pemimpin negara-negara lain yang disebutkan. Iran, china, dan Rusia,(serta Korut jika kita masih menganggapnya punya cukup kekuatan) yang selama ini dianggap bisa menandingi AS secara baik dalam kekuatan militer maupun ekonomi dan belakangan terlihat aktif menjalin kerjasama dan membangun "sekutu bayangan" di regional, sedikit banyaknya akan diuntungkan dengan kondisi seperti ini. Setidaknya, menurunnya kepercayaan berbagai negara di AS, akan membuat poros kekuatan dunia akan berpaling ke mereka.
baca tulisan ini lebih jauh

Jika Tuhan saja menginginkan kita berbeda, mengapa kita mau memaksakan penyeragaman?

Beberapahari yang lalu saya membaca tulisan seseorang (yang kebetulan seorang senior saya, di FK) di halaman fesbuknya. Tulisan itu berkisah tentang kerinduan si penulis yang telah bertahun-tahun belajar dan bekerja di luar negeri (waktu itu lagi hari ray lebaran, jadi si senior ini mungkin lagi homesick berat sama kampong halamannya). Si penulis menceritakan tntang kerinduan akan tradisi dan ritual-ritual yang dulu selalu dilakukan si penulis semasa di kampung halaman. Tak lupa pula ia mengomentari perbedaan shalat idul adha yang memang hanya terjadi di Indonesia. Bagi si penulis, perbedaan dalam pelaksanaan shlat idul adha, sejauh ini tak perlulah didramatisir sedemikian rupa. Toh, perbedaan dalam beragama memang hal yang fitrawi.

Lumayan banyak teman-teman yang memberikan komentarnya untuk tulisan itu. Komennya pun beraneka ragam,tapi sebagian besar komentar yang muncul terait dengan isu perbedaan pandangan dalam beragama.

Ada sebuah kutipan yang menurut saya menarik daribeberapa komentar tersebut. Seorang teman penulis berkomentar bahwa perbedaan pandangan merupakan sebuah kemestian. Baginya perbedaan merupakan fitrah kita sebagai mahluk ciptaan Tuhan, jadi konsp keseragaman yang selama ini kita anut, itu melanggar fitrah kita. Toh, kalau memang Tuhan menghendaki kita semua ciptaan-Nya ini, memiliki pandangan yang sama, tuhan dapat saja dengan mudah melkukannya, tapi Tuhan tak melakukannya bukan? Lalu mengapa kita, manusia-manusia ini, mau menjadi Tuhan dengan memaksa mahluk-mahluk ciptaan Tuhan untuk menjadi seragam?
baca tulisan ini lebih jauh

HAPPY IED!!!!

bagaimana mencari kata-kata yang cocok ya??
begini saja, langsung pada tema intinya:
Selamat idul adha 1431 H
mohon maaf lahir bathin!!

mmm...
baca tulisan ini lebih jauh

Mimpi: benarkah "pesan" yang dikirimkan Tuhan lewat tidur kita?

Ada banyak hal yang kita percayai tentang mimpi. Berbagai kebudayaan di peradaban manapun di seantero dunia punya tradisi mitos yang begitu kuat yang mempercayai adanya keterkaitan antara mimpi yang kita alami dengan kejadian nyata dalam kehidupan kita. Beberapa kebudayaan mempercayai bahwa mimpi merupakan pesan akan kejadian yang akan terjadi di masa depan. Beberapa kebudayaan lain percaya bahwa mimpi merupakan media komunikasi bagi orang-orang yang telah mati untuk berinteraksi dengan manusia yang masih hidup, beberapa kepercayaan lain percaya bahwa mimpi merupakan cara Tuhan berbicara dengan manusia.

Semenjak dulu, saya sebenarnya tak pernah percaya dengan semua mitos itu. Bagi saya, tak ada satupun penjelasan argumentatif yang bisa menjelaskan keterkaitan antara mimpi dengan kejadian-kejadian di masa depan, bahkan penjelasan yang paling metafisis sekalipun. Satu-satunya penjelasan metafisis yang saya percaya tentang mimpi adalah bahwa mimpi merupakan keistimewaan yang Tuhan berikan kepada para Nabi, agar Tuhan bisa bicara dengan orang-orang terpilih itu lewat mimpi mereka. Dan keistimewaan itu hanya untuk para Nabi, yang lain tidak!

Saya mempercayai hal itu, hingga pada suatu ketika, mungkin satu atau dua minggu yang lalu saya mengalami kejadian aneh. Suatu malam saya mengalami dua mimpi berturut-turut dalam tidur saya. Saat pertama saya tidur malam itu, saya bermimpi bertemu dengan teman (teman? Yahh seperti itulah kami sering mengakuinya) semasa SMA. Dalam mimpi yang bersetting di halaman SMA itu, si teman lama menghampiri saya, lalu mohon pamit karena dia hendak pindah rumah. Beberapa detail dalam mimpi itu saya sudah lupa, anda pasti tahu susahnya mengingat detail-detail mimpi yang rumit, tapi yang pasti, dalam mimpi saya itu, si teman lama memohon izin karena hendak pindah rumah.

Setelah mimpi itu, saya sempat terbangun, sempat nonton TV sejenak, lalu tertidur kembali. Nah, setelah tertidur kembali, saya kembali bermimpi. Kali ini mimpinya agak lebih dramatis, saya bermimpi dikejar-kejar ayah saya yang waktu itu saya tak tahu alasannya kenapa, hingga dia seperti kesetanan mengejar-ngejar saya. Rasanya saat itu, saya muncul begitu saja dalam mimpi dan tiba-tiba saja berada dalam situasi di mana saya harus berlari mencari tempat sembunyi, sementara ayah saya berlari mengejar saya dengan kayu bakar di tangannya. Setelah mimpi itu, saya kembali terbangun, saya sempat berpikir alangkah anehnya mimpi ini, tapi saya percaya bahwa mimpi-mimpi yang aneh memang sering terjadi dalam tidur kita. Jadi, ini adalahsesuatu yang lumrah dan biasa terjadi.

Yang mengejutkan saya adalah ternyata pada hari itu juga saya mengalami dua peristiwa yang.. (apa ya bahasanya? Membekas? Dramatis? Memorable?) intinya susah saya lupakan. Pertama, pagi-pagi pas saya menelefon ayah untuk sebuah keperluan, ayah ternyata lagi marah sama saya. Ia sangat tersinggung dengan sikap saya beberapa minggu sebelumnya yang ternyata masih sangat membekas di hatinya. Selama ini ayah tak pernah bilang ke saya sebelumnya. Saking emosinya sama saya, saat bicara, ia bahkan terdengar hampir menangis. Saya merasa sangat menyesal saat itu juga, merasa bersalah, berdosa, merasa kurang ajar, tak tahu terima kasih. Di telefon, saya hanya bisa merasa bersalah dan mengutuki diri dalam hati. Ayah menutup telefonnya, sebelum saya sempat minta maaf..

Kedua, pas hari itu juga, saat saya lagi buka fesbuk, seorang teman lama (yang tadi muncul di mimpi) menyapa di chatroom. Setelah ngobrol beberapa lama, ia memberitahu saya, katanya beberapa minggu lagi mau nikah. Saya sangat terkejut, dia tak pernah bilang sebelumnya. Saya bahkan tak tahu bahwa dia punya pacar. Katanya, si lelaki itu teman waktu bimbel dulu. Waktu itu saya bilang, Alhamdulillah, semoga berbahagia, jadilah keluarga yang teduh dan semoga sukses dalam hidup.. sebelum dia offline, dia sempat bercanda, katanya sampai sekarang dia masih menunggu saya nembak. Ahh… ada-ada saja..

Saya sebenarnya tak ingin mempercayai segala takhyul dan mitos yang orang lain percayai tentang mimpi, tapi dua kejadian hari itu begitu nyata, dan semua orang yang mendengar kisah ini (walaupun saya tak pernah menceritakan kisah ini kecuali di blog ) pasti merasakan adanya kaitan antara dua mimpi saya hari itu dengan dua kejadian yang terjadi hari itu juga. Saya juga tak mungkin menyangkal kaitan ini.
Saya pernah mendengar penjelasan rasional dari seorang dosen (saya lupa siapa namanya), bahwa mimpi sebenarnya merupakan akibat dari proses penyusunan memori-memori yang ditangkap oleh otak kita. Saat kita tidur atau istrahat, otak kita menyusun kembali memori-memori yang telah direkam sepanjang hari dan memilah-milahnya ke dalam memori jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Nah.. menurut penjelasan ini, mimpi yang kita alami itu adalah efek dari aktifitas otak ini. Masalahnya adalah mimpi yang saya alami hari itu, bukanlah sesuatu yang pernah terekam dalam memori otak saya sebelumnya. Saya tak pernah tahu tentang kemarahan ayah saya sebelumnya. Dan saya juga tak pernah berkomunikasi lagi dengan si teman lama selama berbulan-bulan, saya juga tak pernah memikirkannya belakangan ini. Terakhir saya bertemu dia beberapa bulan yang lalu. Jadi, menganggap mimpi ini sama sekali hal biasa dan tak ada kaitan dengan kehidupan nyata justru terasa tak masuk akal.

Entahlah.. mimpi dan kenyataan memang berada pada dua dimensi kehidupan yang berbeda. Kita tak pernah (atau belum) benar-benar mampu menemukan benang merah antara keduanya. Tapi kadang-kadang kita tahu (sesubjektif apapun perasaan kita) bahwa ada kaitan besar (atau mungkin pesan) yang ingin disampaikan oleh mimpi kita..
baca tulisan ini lebih jauh

Kesibukan profesi: merampas semua waktu kita?

Judulnya memang agak sedikit provokatif (anak muda sekarang bilangnya lebay), tapi jujur saja saya sering memikirkan hal ini. Di sela-sela kesibukan sehari-hari, saya sering berpikir suatu saat nanti, ketika saya telah mencapai fase di mana kesibukan sebagai seorang calon dokter ataupun kesibukan sebagai seorang dokter mencapai masa di mana kesibukan itu benar-benar menghabiskan waktu saya yang hanya 24 jam itu, apakah saya masih punya sedikit waktu untuk diluangkan membaca buku-buku (buku-buku apa saja, selain buku kedokteran), membaca surat kabar, dan menonton film, seperti yang selama ini saya lakukan?

Selama ini, di tengah-tengah kesibukan (sebenarnya memang tak cocok disebut sebagai kesibukan, karena memang tak sibuk-sibuk amat) sebagai seorang mahasiswa kedokteran di sebuah perguruan tinggi negeri di Makassar, saya selalu punya waktu yang bisa saya habiskan dengan membaca buku, membaca artikel-artikel menarik di surat kabar, atau menonton film-film menarik. Saya memang tak punya jadwal khusus untk melakukan semua kegiatan itu, tapi yang pasti, selalu saja ada waktu kosong yang bisa saya gunakan. Di tengah-tengah waktu belajar, ketika saya dilanda kebosanan membaca buku-buku kuliah, atau di tengah siang, saat lagi mengantuk berat mendengarkan penjelasan dosen di ruang kuliah, saya sering gunakan waktu itu untuk membaca novel, mebaca buku-buku filsafat, atau buku-buku sosial budaya atau kalau lagi malas baca buku saya memilih nonton film. Di tengah malam, saat lagi tak bisa tdur, saya sering buka catatan teman-teman di fesbuk atau blog mereka yang berisi puisi-puisi terbaru, atau saya nonton film. Pagi-pagi saat lagi malas masuk kuliah pagi, atau sabtu dan minggu pagi sebelum ke kampus (ahh… selalu saja ada hal yang harus dikerjakan di kampus, saat orang harusnya libur) saya sering gunakan waktu itu untuk baca artikel-artikel menarik di kompas atau sindo.

Tak lama lagi, saya mungkin akan menyelesaikan pendidikan preklinik di fakultas ini. Itu berarti bahwa saya akan memasuki fase-fase tersibuk dalam kehidupan saya sebagai calon dokter.Semua orang tahu, bagaimana sibuk dan sulitnya kehidupan coass di rumah sakit. Harus dinas tiap pagi di rumah sakit (anda harus datang tepat waktu, tak bisa nitip absen karena mahasiswa yang dinas cuma belasan orang, beda dengan semasa kuliah yang satu ruangan bisa berisi ratusan orang), setelah dinas, harus tugas jaga lagi (tentu saja anda harus jaga, karena keselamatan pasien di rumah sakit terletak pada coass yang jaga waktu itu), di sela-sela dinas dan tugas jaga itu anda harus pintar-pintar membagi waktu, antara mengerjakan referat (semacam ulasan ilmiah tentang suatu topic penyakit tertentu) yang sangat panjang, waktu untuk istrahat, dan waktu untuk belajar buat persiapan ujian yang susahnya minta ampun. Walaupun kesibukan di tiap-tiap bagian selama coass berbeda-beda, tapi secara umum, seperti itulah prosesnya. Intinya sibuk!!

Setelah lulus? Apalagi!!Setelah melewati masa koass, harus belajar intensif buat persiapan uji kompetensi yang terkenal super-susah. setelah lulus uji kompetensi , kesibukan kita tergantung jenjang karir dan profesi yang kita pilih, yang memilih jadi klinisi mungkin akan sibuk buat jaga di klinik-klinik, atau sibuk jadi dokter di puskesmas atau rumah sakit milik pemerintah, yang memilih jadi dosen, mungkin sibuk dengan profesi barunya sebagai tenaga pengajar dan tenaga bantuan umum (yahh… anda tahulah dosen baru biasanya juga merangkap jadi tukang suruh-suruh dosen yang lebih senior). Sekarang lebih parah lagi, aturan baru untuk lulusan dokter sekarang, setelah lulus uji kompetensi harus magang di rumah sakit daerah dan puskesmas selamaminimal satu tahun. Sangat sibuk, bukan??

Pikiran dan ketakutan ini seringkali mengganggu pikiran saya, karena bagi saya, membaca buku-buku (novel, kumpulan cerpen, puisi, filsafat, sosial politik, budaya, bahkan komik sekalipun) serta nonton film itu bukan hanya tentang penyaluran hobi dan kegemaran. Lebih dari itu, membaca, tanpa disadari merupakan bagian dari pembentukan karakter kita. Terbiasa mebaca berbagai macam buku, menonton berbagai jenis film (kecuali film-film porno, itu tak dianjurkan sama sekali) bukan hanya memperluas wawasan dan khasanah pengetahuan kita, tapi juga merupakan elemen yangmempengaruhi cara berpikir kita, mempengaruhi tingkat kedewasaan kita. Dan ketika kelak kesibukan profesi ini mengambil waktu kita, saya ragu apakah kita masih punya waktu untuk mengisi otak kita dengan berbagai bacaan di luar bacaan medis. Seperti tubuh, pikiran kita juga perlu nutrisi, dan seperti yang saya pelajari, jika ingin sehat, nutrisi itu harus cukup dan seimbang takarannya.

Kita lihat saja nanti, semoga kenyataannya tak seperti yang saya takutkan. Semoga pikiran ini hanyalah perasaan-perasaan paranoid yang hadir begitu saja saat menyaksikan teman-teman lain yang sudah memasuki fase kehidupan kliniknya, yang sepertinya memang punya jadwal super-sibuk! Entahlah.. kita lihat saja nanti..
baca tulisan ini lebih jauh

karya seni, kepahlawanan dan skeptisme bangsa

beberapa hari yang lalu dalam sebuah diskusi dengan beberapa teman-teman, terlontar sebuah keluhan dari mulut seorang teman, katanya dia heran dengan seniman zaman sekarang. dia heran, katanya dari berapa banyak seniman yang ada di indonesia sekarang, tak satupun yang tertarik untuk mengangkat tema-tema kepahlawanan dalam karya mereka. ia membandingkan lagu-lagu yang dihasilkan sekarang semuanya tak satupun yang bertema kepahlawanan, bandingkan misalnya dengan lagu-lagu zaman dulu ketika zamannya ismail marzuki dengan lagu kopral jono nya hingga zamannya titiek puspa, semuanya punya tema lagu, setidaknya pernah membuat lagu, yang bertema kepahlawanan.

dalam hati saya manggut-manggut. benar juga ya... hhmmm.. mungkin benar kata seorang teman dulu. bahwa globalisasi ttidak hanya menghapuskan sekat sekat negara, sekat-sekat wilayah dan sekat sekat waktu, namun lebih dari itu kuga telah menghapuskan identitas manusia. menghapuskan perasaan bangga sebagai sebuah entitas bangsa.

di satu sisi, globalisasi dengan segala kompleksitasnya memang punya andil, tapi menurut saya ada juga satu hal penting yang menyebabkan kurangnya animo anak bangsa untuk menciptakan karya seni bertemakan kepahlawanan. yaitu kegagalan kepemimpinan. yah.. di zamannya ismail marzuki yang hidup di zaman revolusi fisik dan konfrontasi dengan malaysia, sosok bung karno yang khari9smatik memang begitu menginspirasi banyak orang. kepemimpinannya yang kuat (terlepas dari begitu banyaknya kontroversi terkait kebijakannya) begitu mampu menyihir dan memukau banyak orang, tidak hanya di Indonesia, namun juga menginspirasi dan mempengaruhi jutaan bangsa-bangsa tertindas dan terbelakang di segenap asia afrika.

Nah.. karya seni, apalagi lirik lagu merupakan hasil refleksi seniman terhadap kondisi zamannya. ketika soekarno menjadi pemimpin negeri, ia mampu memberikan arahan akan cita-cita bangsa, ia mampu membangkitkan semangat patriotisme anak bangsa. semangat inilah yang kemudian direkam oleh seniman-seniman waktu itu yang kemudian melahirkan kaya-karya kepahlawanan. sedangkan sekrang kepemimpinan kita hanya melahirkan pesimisme dan skeptisme terhadap kondisi dan masa depan bangsa. pemimpin tak mampu memberikan arahan yang jelasa akan cita-cita bangsa, dan juga tak mampu menumbuhkan semangat kebangsaan itu ke dalam kehidupan rakyatnya

jadi, bagaimana sekarang? kita tak mungkin menghidupkan soekarno untuk berdiri di depan jutaan rakyat Indonesia, dan berharap orasinya akan mampu menggetarkan rakyat republik ini. karena itulah, yang perlu (atau setidaknya yang terpikirkan oleh saya) untuk dilakukan oleh anak bangsa adalah berprestasilah! jadilah anak bangsa yang bisa dibanggakan jadilah anak bangsa yang bisa dijadikan inspirasi bagi jutaan rakyat yang sedang kehilangan harapan, bagi jutaan rakyat yang sedang dilanda skeptisme kronik.
baca tulisan ini lebih jauh

tukang parkir cilik yang sekalian ngamen

saya sedang di depan sebuah klinik, beberapa hari yang lalu saat tiba-tiba sesorang anak kecil mendekati saya. saat sedang hendak mengambil motor yang memang saya parkir di luar area klinik ( halaman klinik sempit, jadinya harus parkir motor di luar), seorang anak lelaki kecil yang saya taksir umurnya mungkin baru 5 atau 6 tahun mendekati saya, dengan entengnya si anak kecil ini menyodorkan telapak tangannya ke saya. hhmmm saya mengerti. ini anak pasti minta biaya parkir. ya.. anda tahulah, walaupun sebenarnya ia tak berhak menarik jasa uang parkir di area yang memang bukan halaman parkir itu, tapi rasanya tak enak berdebat dengan si anak kecil tadi. lagian juga waktu itu saya begitu kasihannya dengan si anak kecil yang penampilannnya begitu kucek dan kumuh.

jadinya, tanpa banyak timbang-timbung, pas si anak ini yang waktu itu lagi megang karton bekas di tangannya (mungkin bekas dos mi instan atau bekas dos air mineral) datang sambil nyanyi-nyanyi dan menodorkan tangannya ke arah saya. saya langsung berikan selembar uang seribu rupiah..

pas selesai saya kasih uang, ehhh.. si adik kecil dengan nyantainya bilang "ihhh boss.. dua ribu nahh... kau ndak liat ini saya juga ngamen?" dia bilang begitu sambil memmukul-mukulkan karton yang dipegang dengan tangan kanannya itu di punggung lengan kirinya, juga sambil nyanyi lagu yang tak saya tahu juudulnya apa, karena si anak kecil ini bilang huruf "r" saja masih belepotan.astaga!!!! saya langsung dongkol dalam hati. Ini anak kecil, dah beruntung juga saya mau kasih uang, eh pake acara bentak-bentak minta nambah lagi. betul-betul edan!!

saya langsung pelototkan mata ke itu anak. merasa dipelototin, itu anak langsung ngeluyur pergi entah ke mana. say pun meninggalkan tempat itu dengan geleng-geleng kepala.. betul-betul edan!!!!
baca tulisan ini lebih jauh

Spirit Sumpah Pemuda dan Relevansinya dalam Permasalahan Bangsa Ini

Beberapa hari lagi, kita akan sampai di tanggal 28 oktober. Sebuah hari, yang oleh bangsa ini banyak diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Bukannya bermaksud latah, dengan ikut-ikut menulis tentang sumpah Pemuda, namun merefleksikan proses kelahiran sebuah peristiwa sejarah dan menarik relevansinya ke dalam realitas kehidupan kita secara praktis, selain merupakan bentuk penghormatan kepada sejarah, juga sekaligus merupakan cara kita menghadirkan perubahan bagi bangsa ini.

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua yang kelak melahirkan Sumpah Pemuda berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggotakan pelajar dari seluruh indonesia. Panitia kongres yang diketuai Soegondo Atmowiloto menghadirkan perwakilan dari berbagai perhimpunan pemuda Indonesia yang waktu itu masih banyak merupakan representasi dari entitas-entitas kesukuan dan keagamaan. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda. Tema-tema besar yang diusung dalam kongres pemuda itu adalah nasionalisme, pendidikan dan kepanduan.

Di akhir kongres inilah dilakukan pembacaan teks hasil kongres yang belakangan disebut sebagi Sumpah Pemuda. Pembacaan Sumpah pemuda ini kemudian menggaung ke suluruh jajahan hindia Belanda, menjadi topik pembicaraan dan diskusi di berbagai forum, di berbagai studi klub, dan dalam waktu cepat melahirkan gelombang semangat nasionalisme yang kelak di kemudian hari melahirkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Proses kelahiran sumpah pemuda yang dibacakan di Gedung Indonesisch Huis Kramat , 82 tahun silam ini, tidaklah lahir dari sebuah ruang yang hampa. Kelahirannya bukanlah hanya sebuah rangkaian proses sejarah yang determinis dari kejemuan masyarakat terhadap kondisu bangsa dan realitas penjajahan bangsa Eropa atas bumi nusantara namun juga merupakan hasil dari pergolakan pemuda sekaligus kualitas pemuda waktu itu.

Ada dua hal yang dimiliki pemuda Indonesia waktu itu yang mejadi titik tonggak kelahiran sumpah pemuda, yaitu kemampuan berpikir jauh ke depan dan keberanian mengambil sikap atas nasib bngsa sendiri. kemampuan berpikir jauh ke depan dan melompati mainstream pemikiran tradisional waktu itu yang masih bercirikan semangat kesukuan dan semangat keagamaan, merupakan hal yang baru . Begitu juga ide untuk menciptakan lahiranya sebuah negara-bangsa yang kelak bernama Indonesia (seperti tercantum dalam teks pidato yang dibacakan di kongres waktu itu oleh Moh.Jamin) merupakan sebuah terobosan ide yang belum terpikir oleh para generasi sebelumnya.

Bahkan lebih jauh lagi, kemampuan berpikir melampaui zamannya in telah dibawa oleh pemuda itu ke wilayah-wilayah yang jauh lebih universal, yaitu kesetaraan semua manusia. Penolakan terhadap segala bentuk kolonialisme dan dan penindasan sebuah bangsa atas bangsa lain merupakan hal-hal yang langka bagi pemuda-pemuda waktu itu yang bertahun-tahun hidup dalam feodalisme, baik di zaman kerajaan agraris hingga zaman pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

Yang juga menjadi hal penting dalam proses kelahiran sumpah pemuda adalah Keberanian mengambil sikap untuk menyatakan melawan entitas Hindia belanda yang disematkan oleh para penajah. Dengan lantangnya para pemuda meneriakkan sumpah Pemuda kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia raya yang digubah oleh WR. Supratman, padahal isi Sumpah Pemuda dan lagu Indonesia Raya tersebut tidak hanya merupakan pernyataan akan persatuan bangsa dari seluruh nusantara, lebih jauh dari itu juga merupakan pernyataan terang-terangan akan cita-cita mendirikan sebuah negara bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Pernyatan cita-cita nasionalisme ini tidak hanya mendapat tantangan dari pemerintah kolonial waktu itu yang mengawasi semua gerak gerik pemuda, namun juga mendapat tantangan berat dari pertanyaan apakah bangsa ini telah cukup mampu untuk berdiri di atas kaki sendiri. Namun dengan tegas para pemuda menjawab bahwa rakyat Indonesia mampu untuk berdiri sebagai sebuah bangsa yang berdaulat. Tujuh belas tahun kemudian, cita-cita besar ini benar-benar terwujud dengan pernyataan proklamasi tahun 1945 oelh Soekarno-Hatta.

Hari ini kita hidup dalam sebuah negara yang kehilangan karakternya sebagaia sebuah bangsa yang terhormat dan negara yang berdaulat. Kebudayaan kita yang lahir dari peradaban yang berusia ribuan tahun, hilang begitu saja dikikis oleh hegemoni budaya barat. Gejala disintegrasi bangsa dan konflik-konflik horizontal antar warganegara adir di mana-mana. Sebagai sebuah negara yang berdaulat, dengan mudahnya wilayah kita dicaplok negara lain. sebagai sebuah entitas politik, negara kita kehilangan taji dalam pergaulan internasional.

Gejala kehilangan karakter dan harga diri sebagai sebuah bangsa ini merupakan akibat dari ketidak mampuan negeri ini untuk menjadi sebuah negara-bangsa yang mandiri. adalah nyata bagi kita semua hari ini, bahwa dalam berbagai bidang kehidupan, kita mengalami ketergantungan (dependensi) terhadap bangsa lain.

Globalisasi ekonomi telah menyeret bangsa ini ke dalam dependensi terhadap kekuatan-kekuatan ekonomi asing, yang celakanya tidak dibarengi dengan penguatan terhadap kekuatan-kekuatan ekonomi mikro di skala local. Akibatnya, begitu mudahnya ekonomi kita disapu badai krisi di tahun 1997 dan kesenjangan kesejahteraan semakin dalam. Lebih jauh lagi permsalahn pelik terkait kemndirian bangsa ini telah menghasilkan prahara politik dan sosial yang berkepanjangan. Di bidang politik, campur tangan asing terhadap kebijakan-kebijakan negara sangat nyata terlihat.

Kembali ke semangat Sumpah pemuda tadi, kemampuan berpikir jauh ke depan dan melompati zaman merupakan sebuah spirit yang harusnya dihadirkan dalam realita permasalahan bangsa.karena sekali lagi, perubahan tidaklah lahir dari proses dialektika sejarah yang determinis. Kemampuan berpikir melampaui mainstream pemikiran umum seperti yang dimiliki oleh para pemuda angkatan 20-an harusnya bias menjadikan kita mampu memberikan sumbangan-sumbangan yang kreatif dan inovatif bagi perubahan bangsa.

Dan lebih dari itu, juga dibutuhkan keberanian para pemuda untuk menyatakan sikap terhadap persoalan mendasar bangsa ini. Permasalahan kemandirian bangsa kita, baik dalam bidang ekonomi, social maupun politik hanya bisa diselesaikan dengan ketegasan sikap. Di bidang ekonomi misalnya, kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat di Indonesia hanya bisa diwujudkan denan melaksanakan secara konsisten konsep ekonomi kerakyatan yang mandiri. Begitu juga di bidang politik, kebijakan yang tegas dan merdeka dari intervensi dari kekuatan asing lah yang bisa mengangkat harga diri kita sebagai sebuah bangsa.

Hari Sumpah pemuda bagi sebuah bangsa bernama Indonesia bukanlah hari yang lahir begitu saja. Ia lahir dari pergolakan, tidak hanya fisik, tapi juga pergolakan pemikiran yang alot. Beberapa di antara kita menjadikannya sebagai ritual yang kosong , dengan hanya sekedar diepringati, dijadikan tema-tema diskusi, dijadikan tema-tema aksi tanpa pernah kita benar-benar merefleksikan releansi semangat sumpah pemuda dalam tantangan bangsa hari ini.

Selamat Hari Sumpah Pemuda..
baca tulisan ini lebih jauh

NDP Lama vs NDP Baru; Benarkah Tak Bisa Dipertemukan?

Perdebatan dalam tubuh HmI terkait dengan penggunaan dua versi NDP (NDP lama versi kongres malang tahun 1969 dan NDP beru versi kongres Makassar tahun 2006) dalam pengkaderan hari ini semakin alot dan pelik. Jika tidak diselesaikan secepatnya, maka permasalahan ini akan menjadi semakin besar bahkan bukan tak mungkin akan menyebabkan perpecahan di tubuh HmI. Semua pihak yang masih peduli dan percaya pada kekuatan HmI tentu saja tidak mau peristiwa terpecahnya HmI menjadi HmI Dipo dan HmI MPO beberapa tahun silam terulang kembali.

Benarkah permasalahan adanya dualism versi NDP ini tak bisa diselesaikan? Mari kita mencoba melihat ke belakang, terkait latar belakang penyusunan dua versi NDP ini. NDP yang disusun oleh Nurkholish Madjid (mantan ketua umum PB HmI dua periode) berangkat dari kegalauan beliau akan tidak adanya konsep seragam yang baku dan representative untuk digunakan dalam semua pengkaderan HmI. Kegelisahan ini memuncak setelah Nurkholish Madjid (Cak Nur) melakukan kunjungan ke Amerika dan Negara-negara islam di timur tengah pada penghujung tahun 60-an. Dalam perjalanannya itu, Cak Nur melihat bahwa ajaran-ajaran dan praktek-praktek keberagamaan islam di seluruh penjuru dunia ternyata sangat beragam satu sama lain. Oleh karena itu, sepulangnya ke Indonesia Cak Nur merasa bahwa inti-inti ajaran agama islam yang harusnya menjadi dasar bagi seluruh gerak langkah umat islam perlu disarikan ke dalam sebuah format resmi agar bisa diajarkan secara sistematis dalam kegiatan-kegiatan pengkaderan HmI. Karena hal inilah, cak Nur hampir menamai NDP ini dengan nama Nilai-nilai dasar Islam, namun karena takut jika nantinya NDP ini di kemudian hari menjadi tafsir tungggal atas ajaran islam, maka Cak Nur menyebutnya sebagai Nilai dasar perjuangan saja.

Puluhan tahun setelah Nilai dasar perjuangan ini dipakemkan, seiring dengan perkembangan tantangan zaman, muncullah banyak keluhan dari hampir semua daerah di Indonesia bahwa banyak hal-hal baru yang tak mampu lagi dijawab oleh NDP lama ini. Di berbagai cabang, penafsiran kader dan metode penyampaian NDP sudah berbeda-beda, di Badko Jabar dan sekitarnya msialnya, dikenal adanya metode revolusi Kesadaran, di Badko Sulselrabar dikenal adanya dialog Kebenaran, dan berbagai metode penyampaian NDP lainnya. Di berbagai daerah juga muncul keluhan bahwa NDP lama sudah susah dimengerti oleh kader HmI.

Memang, jika kita lihat, usia NDP lama yang telah 40 tahun digunakan dalam kegiatan pengkaderan HmI merupakan usia yang telah cukup lama dan meniscayakan dibutuhkannya perbaikan dan rekonstruksi. Beberapa kader bahkan berkelakar bahwa NDP ini kadang-kadang diperlakukan seperti Al-Quran buruk: dibaca enggan karena tidak paham, tapi kalau dibuang juga takut kualat. Cak Nur sendiri juga pernah mengakui bahwa ekspektasinya sewaktu menyusun NDP pertama kali ialah bahwa NDP yang disusunnya itu bisa digunakan dalam waktu dua puluh tahun, sementara sekarang usia NDP sudah empat puluh tahun.

Jadi, pada dasarnya perbaikan dan rekonstruksi NDP memang merupakan hal yang rasional dan wajar dilakukan, apalagi bagi organisasi seperti HmI yang terkenal akan kultur intelektual dan dinamisnya. Namun letak masalahnya adalah sikap kekanak-kanakan kitadalam mempertahankan NDP yang kita gunakan masing-masing.
Jika saya perhatikan, letak penolakan orang-orang yang menggunakan NDP lama terhadap NDP baru disebabkan karena dua issu besar. Pertama, karena faktor legalitas proses penyusunannya yang tidak konstitusional dan yang kedua adalah karena isi materinya yang katanya lebih condong ke mazhab tertentu.

Factor legalitas ini banyak dipertanyakan karena keabsahan tim delapan yang merupakan penyususn resmi NDP baru tidak pernah disahkan secara resmi oleh PB, apalagi kemudian terungkap bahwa penyusunan NDP ini lebih banyak merupakan pemikiran tunggal Arianto Ahmad (seorang kader HmI dar cabang Makassar). Bagi saya penolakan NDP karena proses penyusunannya ini merupakan hal yang lucu. Harusnya, sebagai seorang kader HmI yang selalu mengaku mengedepankan rasionalitas dan berpikiran terbuka, permasalahan tentang abash atau tidaknya tim penyusun ini tak perlu dibesar-besarkan. Siapapun yang menyusun NDP ini selama sesuai dengan rasionalitas dan Alquran/sunnah maka ia wajib diterima. Tak peduli mau ditulis oleh tukang becak, sopirpete-pete, ataupun seorang professor selama ia sesuai dengan kebenaran maka wajib hukumnya kita terima.

Penolakan terhadap NDP baru karena terlihat lebih condong ke mazhab pemikiran tertentu dalam islam pun sebenarnya sangat aneh, karena sepanjang yang saya tahu NDP tak pernah berbicara tentang mazhab. Perbedaan mazhab adalah perbedaan tafsiran manusia di wilayah syariat, sedangkan NDP tak membahas tentang syariat. Kalaupun beberapa pemikiran dalam NDP baru, serta penyusun-penyusunnya dikatakan lebih dekat dengan mazhab-mazhab tertentu dalam islam, bukankah kita selama ini meyakini bahwa pendapat dari mazhab apapun, selama tidak bertentangan dengan rasionalitas dan Alquran/Sunnah maka wajib kita terima? Cak Nur sendiri, orang yang menyusun NDP lama, di masa hidupnya banyak ditolak pemikirannya karena dituduh berpikiran sekuler dan kebarat-baratan. Toh tuduhan itu tidak menjadikan kita menolak sosok Cak Nur dan pemikiran-pemikirannya.

Lalu benarkah NDP ini tak bisa dipertemukan. Jawabannya, iya, jika masih tetap mempertahankan sikap arogansi intelektual kita, jika semua orang masih merasa terlalu hebat dan pintar untuk menurunkan ego.

Pada dasarnya, perbedaaan antara NDP lama serta NDP baru terletak dalam sistematika penyusunan dan pendekatannya dalam menemukan kebenaran. konten-konten materi teologis (yang terdiri dari bab I hingga bab IV) dalam NDP baru banyak dipengaruhi oleh cara berpikir metafisika islam yang dikembangkan oleh pemikir-pemikir islam kontemporer, beberapa di antara pemikir-pemikir tersebut seperti Muhammad Baqir Al Shadr dan Mulla Shadra (yang banyak terlihat dalam bagian-bagian teologis NDP baru) serta Ali syariati (yang banyak dijadikan referensi pemikiran dalam aspek sosiologis NDP baru). Karena pentingnya pemahaman metafisika Islam dalam bagian teologis NDP baru, makanya dalam NDP baru ditambahkan bab logika dan kerangka berpikir.

Dalam NDP baru, diajarkan bahwa keyakinan mestilah bersumber dari pengetahuan yang rasional. Karena itu dalam bab-bab awal NDP baru diajarkan bagaimana menemukan kebenaran rasional hingga sampai pada pembuktian kebenaran ajaran Islam. Sedangkan dalam NDP lama sendiri, tidaklah banyak membahas tentang metode rasional dalam membuktikan kebenaran ajaran Islam, tapi hanya menyarikan inti ajaran-ajarannya saja. Sedangkan pada wilayah Antropo-sosiologis (bab V sampai bab VIII), NDP lama tidak banayk berbeda dengan NDP baru.

Menemukan titik temu dalam materi NDP ini sebenarnya bukanlah hal yang sulit jika semua kader mulai dari tingkatan komisariat hingga tingkatan PB mau berniat baik menurunkan ego demi perbaikan HmI ke depan. Perdebatan tentang NDP ini jika dibiarkan berlarut-larut justru akan menimbulkan perpecahan di internalHmI dan tentu saja yang akan menjadi korban adalah adik-adik di bawah. Bukankah tantangan hari ini semakin berat dan rumit, yang membutuhkan waktu dan tenaga kita? jika kita masih saja terus berdebat di wilayah NDP ini, maka kita akan dilindas oleh perubahan zaman.
baca tulisan ini lebih jauh

Perdebatan tentang NDP; Perdebatan yang Kekanak-kanakan

Dalam dua tahun belakangan ini, ada sebuah hal menarik yang menjadi isu besar dalam dinamika permasalahan internal Himpunan Mahasiswa Islam (HmI), yaitu perdebatan tentang Nilai Dasar Perjuangan. Secara garis besar, dapat dikatakan bahwa perdebatan ini dimulai sejak disahkannya NDP baru di kongres HmI ke 26 di Makassar (makanya sering juga disebut sebagai NDP Makassar). Disebut baru, karena NDP ini merupakan pertama kalinya materi-materi NDP yang diajarkan di seluruh Indonesia diubah, sejak NDP ini pertama kali dirumuskan oleh Nurkholish Madjid (Cak Nur) pada tahun 1969. Pasca pengesahan penggunaan NDP baru ini sebagai dasar pengkaderan HmI menggantikan NDP versi Cak Nur (atau sering disebut sebagai NDP lama) rausan cabang yang ada di seluruh Indonesia terbelah dua, antara menggunakan NDP baru versi kongres Makassar dengan yang tetap menggunakan NDP lama.

Perdebatan tentang NDP mana yang digunakan dalam kegiatan-kegaiatan pengkaderan HmI ini berlangsung alot dan berlarut-larut dalam dua tahun belakangan. Mulai dari perdebatan warung kopi ala anak-anak HmI, menjadi bahan diskusi di forum-forum basic training hingga menjadi wacana panas yang bergulir pra-kongres.

Memang perbedaan pandangan dan pendapat dalam tradisi HmI bukanlah hal yang tabu dan janggal, bahkan budaya pluralitas dan perbedaan pandangan ini sendiri merupakan sebuah ciri khas sendiri bagi puluhan tahun pengalaman hidup HMI. Namun saya melihat bahwa ada yang salah dalam perdebatan tentang dualisme NDP di tubuh HmI selama ini. Perdebatan tentang NDP yang saya lihat cenderung mengarah pada perdebatan yang tidak substantif. Mengapa saya katakan tidak substantif, karena argumentasi-argumentasi yang sering muncul dalam perdebatan NDP bukanlah argumentasi yang menjelaskan tentang materi NDP yang berusaha dipertahankan oleh masing-masing pihak, melainkan argumentasi yang berusaha menyerang kelemahan NDP lain. Parahnya, saya melihat ada kecenderungan bahwa yang diserang dari NDP lain itu bukanlah isi NDP nya melainkan proses penyusunan NDP nya.

Coba kita perhatikan, Pihak yang mendukung NDP lama menyerang NDP baru karena proses penyusunannya yang katanya sangat tidak konstitusional, karena legalitas tim 8 sebagai penyusun naskah NDP tidak pernah diakui, Selain itu tim penyusunnya waktu itu dipengaruhi oleh pemikiran tunggal Arianto Ahmad yang disebut-sebaut sebagai pencetus ide NDP baru. Jika anda pernah membaca laporan hasil kerja tim sembilan (tim yang dibentuk oleh Pengurus Besar HmI untuk memverivikasi keabsahan NDP) serta naskah NDP yang dikirim ke seluruh cabang, maka kita bisa melihat bahwa argumentasi diberikan oleh Pengurus Besar (PB) HmI (yang belakangan menyatakan kembali ke NDP lama versi Cak Nur) merupakan penghakiman-penghakiman atas proses penyusunannya.

Di lain pihak, para pendukung NDP baru juga cenderung terjebak dalam perdebatan kekanak-kanakan ini dengan menyerang pemikiran Cak Nur sewaktu penyusunan NDP lama yang katanya banyak dipengaruhi oleh perjalanannya ke Amerika dan Timur Tengah.
Kenyataan ini diperparah dengan sikap tidak dewasa yang turut dipertontonkan oleh kader-kader HmI dalam polemik NDP ini. Sikap arogan dan merasa benar sendiri merupakan hal yang lumrah kita temui dalam perdebatan-perdebatan tentang NDP. Beberapa forum ilmiah yang harusnya bisa menjadi tempat dialog dan mempertemukan pendapat, berakhir tanpa menghasilkan apa-apa karena masing-masing pihak tidak dewasa dalam memandang permasalahan ini. Tokoh-tokoh dan sesepuh HmI yang harusnya bisa menunjukkan sikap dewasa dalam perdebatan ini juga malah ikut-ikutan menunjukkan arogansi intelektualnya, bahkan dalam beberapa hal menunjukkan taqlid buta dan pengagungan berlebihan terhadap Cak Nur.

Harusnya, perdebatan-perdebatan tentang NDP ini tidak dibawa ke perdebatan kusir yang tak kunjung usai melainkan dibawa ke forum-forum yang ilmah. Tapi tentu saja, menyediakan forum ilmiah juga tak akan pernah menyelesaikan masalah jika tak dibarengi dengan kedewasaan kader HmI dalam memandang persoalan ini. Bagi yang mendukung NDP lama versi kongres Makassar, silahkan ajukan rasionalisasi di forum ini secara ilmiah, jangan menutup diri terhadap perubahan, bukankah Cak Nur sendiri pernah bilang bahwa NDP hanyalah tafsiran beliau terhadap ajaran agama Islam yang selalu terbuka untuk dikritik dan diperbaiki. Yang mendukung NDP baru juga silahkan ajukan argumentasi dan berhenti memojokkan Cak Nur. Semua pihak juga harus berupaya persoalan NDP ini tidak dibawa ke ranah-ranah politis. Bagi para senior-senior HmI, juga harus menunjukkan kebijaksanaan dan keluasan cara berpikir, karena arogansi intelektual hanya akan membuat kita ditertawakan. Bukankah selama ini kader-kader HmI selalu mengklaim diri sebagai manusia-manusia intelektual, yang selalu bepikir inklusif dan dinamis?

Terakhir, saya ingin menyitir pendapat salah seorang pengurus PB HmI (saya lupa namanya) terkait dengan dualisme NDP ini. Beliau bilang, Jika kita ingin menyelesaikan masalah NDP ini secara serius, singkirkan NDP Cak Nur, singkirkan NDP Makassar, mari susun NDP baru. Mari melangkah maju, jangan mundur ke belekang.
baca tulisan ini lebih jauh

Anak-anak yang kehilangan masa kecil?

Minggu lalu, ada yang menarik dari kuliah hari pertama sistem tumbuh kembang dan geriatri. Bukan karena tempat kuliahnya yang lain dari biasanya ataupun jumlah mahasiswa yang ikut yang cuma 18 orang (yah maklumlah, kelas terminal). Namun yang menarik dari kuliah hari pertama itu, yang masih saya ingat hingga sekarang, adalah cerita dosen tumbuh kembang anak waktu itu.

Begini, setelah menjelaskan konsep dan aspek-aspek medis dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, dosen bercerita tentang pasiennya beberapa waktu lalu. Alkisah, si dosen yang kebetulan dokter ahli penyakit anak (yang tentu saja berprofesi juga sebagai dokter klinik, seperti kebanyakan dokter lainnya) didatangi oleh sepasang orang tua yang membawa serta anaknya. Sepasang orang tua itu mengeluhkan anaknya yang sudah seminggu tak mau makan. Tentu saja si orang tua ini kelimpungan. Si anak yang baru berusia enam tahun ini, tiba-tiba saja selalu menolak makan. Ditanya apa sebabnya juga tak mau menjawab. Usut-punya usut setelah dokter meminta kedua orang tua si anak keluar ruangan dan berbicara sebentar dengan si anak, barulah si dokter tahu, kalo si anak ini tak mau makan karena protes pada kedua orang taunya. Beberapa minggu lalu dia dipaksa keduia orang tuanya untuk ikut les matematika. Si anak beralasan tak mau lagi ikut les, karena kalau dia ikut les, waktu bermainnya akan berkurang, padahal, dia sebelumnya sudah ikut les bahasa inggris, dan les piano masing-masing dua kali seminggu.

bagi beberapa dokter, terutama dokter anak dan dokter kejiwaan, kejadian semacam ini bukanlah hal yang langka terjadi, apalagi bagi dokter-dokter yang hidup dan buka praktek klinik di kota besar. tingginya angka keluhan tekanan pada anak merupakan hal yang disepakati, berkaitan erat dengan kehidupan kota.

Tentu saja ini adalah fenomena yang memiriskan. usia anak pada dasarnya adalah usia untuk bermain. Perkembangan kecerdasan emosi dan spiritual anak berkemmbang secara pesat pada usia 0-6 tahun, Jika anak terlalu cepat dipaksa belajar hal-hal yang sebenarnya belum waktunya, maka akan menimbulkan efek negatif bagi perkembangan anak.

ada banyak hal yang menyebabkan orang tua bertindak di luar batas hingga memaksa anak untuk mengikuti berbagai les atau pendidikan khusus dan semacamnya. faktor yang paling berpengaruh adalah ketidaktahuan orang tua akan pertumbuhan dan perkembangan anak. kebanyakan orang tua tak tahu bahwa usia kanak-kanak merupakan waktu bagi anak untuk belajar melalui bermain. melalui bermain anak-anak belajar berinteraksi dengan lingkungannya, belajar mengenali hal-hal baru dalam kehidupannya.

Hal lain yang menurut saya cenderung menjadikan kita memaksa anak untuk terlalu cepat menjadi "dewasa' adalah pemikiran materialistis kita. Kita cenderung menganggap bahwa keberhasilan anak cenderung ditentukan oleh secepat apa ia belajar matematika, belajar bahasa inggris, belajar eksakta dan sebagainya. Kita menganggap bahwa kesuksesan akan perlu dipersiapkan sedini mungkin. memmang betul, bahwa anak perlu dipersiapkan, tapi memaksakan anak untuk mencerna da melakukan aktifitas rutin yang membelenggu waktunya untuk bermain justru mengganggu perkembangan anak.

Apa akibat yang terjadi bagi anak yang terlalu cepat menjadi dewasa ini? ya, mereka akan kehilangan kreatifitasnya, anak-anak akan kehilangan kemampuan kreatifitas, kemampuan belajar hal-hal baru, dan kemampuan belajar mengembangkan bakat alamiahnya karena terlalu cepat digerendel dengan cara belajar ala sekolah yang kaku. akibatnya anak akan kehilangan karakter, bahkan sedikit lagi menjadikan anak bermental robot.Bermental robot, karena perkembangan kepribadian anak yang harusnya berkembang di umur aweal terhalang oleh rutinitas yang menjemukan.

Mengurangi waktu bermain anak dengan teman-temannya juga dipercaya menjadi penyebab utama perilaku asosial anak. Kehilangan kemampuan bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain sejak kecil justru membunuh kecerdasan interpersonal anak. Padahal kemampuan inilah yang dibutuhkan bagi masa depan anak.

ya.. semua orang sepakat bahwa pendidikan memang penting bagi anak. Tetapi memaksa anak-untuk melakukan di luar kemampuanya adalah perilaku yang tidak memanusiakan anak.. Bukankah tujuan kita mendidik anak adalah menjadikannya manusia seutuhnya?
baca tulisan ini lebih jauh

BAsic Training dan relevansinya dalam kehidupan kita

Saya menulis catatan ini, beberapa jam sebelum pembukaan basic training Himpunan Mahasiswa ISlam (HmI)angkatan ke-80 komisariat kedokteran Unhas, yang akan dibuka sebentar lagi di LAN antang. basic training yang ke-80, sebuah rentang waktu yang begitu panjang tentu saja. Dari sejak basic training diselenggarkan berpuluh-puluh tahun lalu di fakultas kedokteran oleh para generasi fakultas kedokteran Unhas pertama, telah begitu panjang waktu yang telah dilewati, begitu banyak perubahan yang terjadi dan begitu banyak alumni yang telah ditetaskan di forum yang sering juga disebut LK (latihan kader) tingkat I ini.

Tentu saja, di usianya yang telah dewasa( saya berusaha menghibur diri dengan tak menyebutnya tua), ada banyak hal yang telah dilewati dan mengalami perubahan dari penyelenggaraan basic training, mulai dari permasalahan teknis, seperti bagaimana cari dana, bagaimana panjang waktunya, hingga permasalahan konseptual mendasar dalam penyelenggaraan pengkaderan. Namun dari sekian banyak perubahan yang terjadi itu, ada satu pertanyaaan penting yang harusnya kita jawab, yaitu benarkah basic training telah mencapai tujuan mulianya sejak pertama diselenggarakan yaitu membentuk karakter insan cita?

Terlepas dari begitu banyak alumni basic training HmI yang kelak di kemudian hari menjadi tokoh-tokoh nasional di berbagai bidang kehidupan, mulai dari pengusaha sampai politikus, mulai dari dokter sampai tentara, kita tetap saja harus bertanya, bagaimana relevansi basic training dengan peningkatan kualitas manusia-manusia alumninya, utamanya dalam menghadapi kompleksitas permasalahan masyarakat hari ini.

Hari ini kita hidup di dunia yang semakin kompleks dan rumit untuk dimengerti.
Kemajuan peradaban manusia, dalam berbagai bidang telah membawa kita pada kondisi dunia yang semakin rumit untuk dijelaskan. Perkemabngan kebudayaan kita telah menghasilkan kecenderungan-kecenderungan yang membuat kita tak mampu lagi benar-benar memahami realitas dunia tempat kita hidup dengan menggunakan teori-teori sosial klasik. Itulah sebanya, belakangan ini berkembanglah teori-teori baru yang berusaha menjelaskan fenomena-fenomena sosial yang semakin sulit dimengerti, semisal teori-teori post strukturalisme, teori-teori postmodernisme dan berbagai pendekatan lain yang berusaha dikembangkan.

Akibat lebih jauh dari semakin kompleks dan rumitnya realitas dunia ini, membuat nilai-nilai norma dan batas-batas kebajikan yang selama ini menjadi tempat kita berpegang dan berpijak sedikit banyaknya perlu disusun kembali. Kadang-kadang, pergeseran nilai dan batas-batas ini menjadikan kita kehilangan arah dan orientasi dalam menjalani kehidupan.

Nah.. harusnya di sinilah peran basic training sebagai tempat kelahiran pemikiran-pemikiran kader HmI. Basic Training tidak hanya menjadi tempat kita merevolusi pemikiran kita dari pemikiran yang primitif ke pemikiran yang lebih baik, tapi juga memberikan pijakan dasar bagi pembangunan paradigma (cara pandang) baru kita dalam melihat realitas dunia, agar di tengah zaman yang multitafsir (bahkan dalam beberapa hal, mengarah ke nihilisme) kita tidak kehilanan arah dan pijakan.

Dalam Basic Training sendiri, sebenarnya yang menjadi intinya adalah nilai dasar perjuangan, atau bisa disingkat NDP (mohon maaf jika analisa ini berasal dari pemikiran saya yang masih dangkal mengenai Basic Training dan nilai dasar pejuangan). Dan NDP sendiri pada hakikatnya mengandung dua hal penting yaitu, dekonstruksi cara berpikir lama dan pembangunan pondasi bagi cara perpikir baru yang lebih rasional. Dekonstruksi cara berpikir lama mengarah pada usaha mengubah cara berpikir kita yang selama ini masih primitif, suka taqlid buta, tidak rasional dan cenderung menjauhi kebenaran. Itu sebabnya di forum basic training, sering ada yang disebut sebagai forum "dialog kebenaran" (sering dipakai di daerah sulawesi) atau "revolusi kesadaran" (sering dipakai di daerah jawa barat dan sumatera) atau istilah-istilah lain yang mengarah pada usaha mengubah cara berpikir kita menjadi lebih rasional, inklusif, dan universal. materi-materi NDP sendiri, yang dibagi ke dalam 8 bab adalah paradigma baru dalam memandang dunia kader HmI. NDP tidak hanya memberikan arahan bagi pencapaian keimanan yang sebenarnya (aspek teologis) namun juga sampai pada pencapaian tanggung jawab kemanusiaan dan tanggung jawab sosial (aspek antropo-sosiologis) manusia.

Pada fungsinya, dalam merekonstruksi dan memberikan arahan bagi cara pandang baru inilah, basic training diharapkan menjadi sebuah langkah awal bagi pembagunan karakter insan cita. Tentu saja, selalu dibutuhkan perbaikan-perbaikan dan adaptasi agar forum-forum baic training tidak hanya menjadi ritual-ritual yang kehilangan makna dan fungsi.

Selamat buat bunga-bunga baru hijau hitam. tumbuhlah. hiduplah seribu tahun lagi, agar wangimu mewarnai jalan-jalan masa depan
baca tulisan ini lebih jauh

The Footprints of God, novel scifi yang sangat filsafat

Berhari-hari tinggal di posko dengan aktifitas yang sedikit lowong ternyata tak melulu membosankan dan tidak produktif. Saya akhirnya punya waktu untuk menyelesaikan buku-buku yang tak pernah selesai saya baca sebelumnya, punya waktu untuk menonton film-film yang hanya saya dengar ceritanya dari teman-teman tanpa pernah punya waktu untuk nonton (pasti sudah riuh koor “sokk sibuuukkk”).

Makanya, pas ada kesempatan buat pulang ke makassar satu hari, buat menemani pak desa mengantar ibunya buat periksa mata di orbita, pas pulang saya bawa beberapa buku di rumah untuk dihabiskan selama KKN. Plus copy paste koleksi film (bukan film yang bukan-bukan) dari teman-teman, jadi saya punya aktifitas untuk dilakukan di kamar. Tentu saja, aktifitas membaca buku dan nonton sendirian itu punya konsekuensinya sendiri. setelah dua hari berkutat dengan buku-buku dan film-film terus, teman-teman jadi punya bahan ledekan ke saya dengan kata-kata yang sepertinya tidak asing:AUTIS!!! ahhhh kaya’ tong kalian tidak, teman-teman...

Salah satu buku yang selama ini tak pernah saya habiskan di kampus, dan selama di lokasi KKN akhirnya bisa saya selesaikan dalam dua hari satu malam adalah THE FOOTPRINTS OF GOD, sebuah novel scifi karangan GREG ILES (sudahlah, tak usah sok kenal dengan bilang “sepertinya saya pernah dengar namanya”)

Ceritanya sebenarnya biasa. Seperti sering diangkat di novel scifi lainnya, idenya adalah usaha sekelompok ilmuwan menciptakan super-komputer cerdas yang memiliki intelegensi artifisial. Yang kemudian setelah diciptakan, komputer super cerdas ini berusaha mengontrol dan menguasai manusia. Sangat klasik bukan? Tapi, yang menjadikan novel ini berbeda dari novel-novel scifi lainnya adalah, penulis mampu mengincludekan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang esensi kehidupan manusia dan perdebatan tentang Ke-tuhan-an dalam konflik yang dibangun dalam cerita ini. Bahkan pertanyaan mendasar tentang Ke-tuhan-an ini tak sekedar menjadi bumbu pelengkap dalam cerita tapi juustru menjadi elemen dasar yang membangun cerita ini.

Harus diakui, wawasan Greg Iles, sang penulis, tentang dunia kedokteran klinis, fisika teoritik sungguh sangat luas dan membuat novel ini begitu hidup. Tapi yang menjadikan novel ini lebih luar biasa lagi adalah ide Greg tentang tujuan dan hakikat penciptaan. Menggunakan pendekatan fisika quantum untuk menjelaskan Tujuan Besar kelahiran alam semesta, Greg berhasil menyajikannya dengan menarik. Jika diperhatikan mungkin ide-ide Greg banyak terinspirasi dari pemikiran-pemikiran Nietzche, dan Deepak Chopra.

Bagi anda yang penggemar novel scifi, buku ini sangat saya rekomendasikan, utamanya lagi bagi teman-teman yang lagi KKN dan kekeurangan pekerjaan.

Arungkeke, 27 juli 2010
baca tulisan ini lebih jauh

KKN=liburan yang ada SKS nya...

Akhirnya kembali bisa posting lagi, setelah hampir sebulan ini terjebak di posko KKN. Terjebak dalam rutinitas posko desa Arungkeke kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto (sudah lengkap sekali mi toh?)

Pertama –tama datang ke lokasi KKN, (apalagi KKN profesi kesehatan), saya berpikir bahwa hari-hari KKN sangat sibuk dan melelahkan (ditambah lagi komentar-komentar senior tahun lalu pasca KKN yang entah memang sangat melelahkan ataukah sedikit dilebih-lebihkan)

Dua tiga hari tinggal di lokasi KKN, mulai ada yang terasa salah dalam rutinitas KKN ini. Mungkin orang-orang di sekitar saya yang malas atau memang kondisi KKN selalu seperti ini. KKN terasa seperti liburan panjang di kampung orang. Berkunjung ke posko-posko lain di jeneponto, ternyata teman-teman yang lain juga merasakan hal yang sama.

Entahlah (pengalaman dan pengetahuan saya terlalu dangkal untuk menyimpulkan), tapi begitu lowongnya kegiatan KKN, kebingungan peserta KKN dalam menyusun dan menjalankan program kerja sedikit menandakan bahwa konsep Kuliah melalui kerja nyata di lapangan yang selama ini kita jalankan bertahun-tahun butuh ditinjau ulang kembali.

Arungkeke, 14 Juli 2010
baca tulisan ini lebih jauh

KKN profesi atau KKN reguler?

asslm.
akhirnya setelah beberapa hari vakum dari dunia per-blog-an (istilah apa itu?), akhirnya bisa posting lagi. maklumlah beberapa hari kemarin lagi rame-rame dan ribut-ribut-nya PEMILUKADA (???? apa hubungannya?) maksudnya, PEMILU RAYA KEMA FK UNHAS. dan sebagai sebuah bentuk penghormatan dan dan penghargaan terhadap pesta demokrasi terbesar di KEMA ini, segala bentuk tulisan untuk sementara dihentikan dulu.. (alasaaann...)

beberapa hari ini, banyak sekali teman-teman yang bertanya, "ikut ji KKN bulan depan? ambil KKN apa? profesi atau reguler?"

bulan juli, mahasiswa UNHAS yang sudah mencapai 130 SKS sudah bisa ikut KKN (kuliah kerja nyata yaa, bukan korupsi kolusi nepotisme, apalagi kejar-kejar nona). banyak sekali teman-teman yang bertanya, sebenarnya lebih tepat disebut curhat, tentang kebingungannya mau pilih ikut KKN profesi atau KKN reguler. KKN profesi itu KKN yang diselenggarakan secara berkelompok oleh beberapa fakultas yang memiliki kedekatan displin ilmu, misalnya faklutas kedokteran, kedokteran gigi, kesehatan masyarakat, dan Farmasi buat KKN profesi kesehatan, trus fakultas pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan dan peternakan juga menyelenggarakan KKN profesi agro, dll. sedangkan KKN reguler adalah KKN yang diselenggarkan oleh universitas secara reguler, jadi pesertanya adalah mahasiswa dari berbagai fakultas tanpa batasan kedekatan disiplin ilmu.

teman-teman banyak yang lebih cenderung memilih reguler karena pertimbangan lokasinya yang kebetulan (atau memang dibetul-betulkan)dekat dengan makassar .kalau tidak salah lokasi KKN reguler tahun ini, di maros, bone, sinjai. (banyak teman-teman yang punya akses ke rektorat hingga mampu mengatur penempatan lokasi KKN nya, hingga bisa ditempatkan di daerah yang dekat dengan makassar).

sedangkan yang memilih KKN profesi sebagian besar karena alasan supaya bisa dekat dengan teman-teman se fakultas (yahh.. ini juga susahnya mahasiswa FK, jarang sekali berinteraksi dengan mahasiswa lain. paling kalo ada kenalan di luar,tak jauh-jauh dari mahasiswa FKG, FKM, atau paling jauh mahasiswa Teknik)

keputusan mau memilih KKN profesi dan reguler kembali ke teman-teman (tentu saja berdasarkan pemikiran sadar dan rasional).apapun pilihan itu, fungsi utama KKN adalah agar mahasiswa bisa merasakan langsung realita permasalahan di masyarakat (bukankah universitas dan perguruan tinggi hari ini semakin menjadi menara gading, semakin jauh dari realita masyarakat). Yang ikut KKN profesi, sebenarnya lebih punya peluang besar untuk mengaplikasikan ilmunya di masyarakat, karena mahasiswa yang ikut KKN profesi rata-rata punya basis keilmuan yang sama, sehingga program kerja bisa lebih difokuskan pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Mahasiswa yang mengikuti KKN reguler juga seharusnya mampu mengerti permasalahan kemasyarakatan secara holistik karena permasaahan-permasalahan yang didapatkan di masyarakat lebih bisa dikaji secara komprehensif dan diterapi secara holistik lintas disiplin ilmu.

semoga, KKN nanti tidak hanya menjadi sebuah bagian dari rutinitas jadwal akademik saja, yang pada akhirnya hanya akan merepotkan warga yang kita datangi. tapi semoga bisa meninggalkan sebuah hasil KERJA yang NYATA. amiinn...
baca tulisan ini lebih jauh

Mavi Marmara


ini kapal, tuan
berisi tangis dan air mata penduduk bumi
yang kami bungkus dalam peti-peti
karena negara kami tak pernah punya lisensi
untuk membuat nuklir dan jutaan amunisi

ini kapal, tuan
makanan bagi jutaan bocah tak berdosa
yang Tuan bunuh ayah-ibunya
selimut bagi ribuan perempuan tua
yang Tuan hancurkan rumahnya

ini kapal, tuan
hanyalah tubuh yang dengan tabah memutuskan
meninggalkan rumah, menanggalkan ketakutan
karena percaya bahwa kemanusiaan
hanya bisa diperjuangkan
dengan menempuh lautan
menyerahkan diri di ujung senapan
baca tulisan ini lebih jauh

Kita tak butuh pemain dan pelatih yang hebat, kita butuh tim yang hebat!

"Real Madrid akan sukses, hanya jika mereka semua percaya bahwa bukanlah pelatih hebat atau kumpulan pemain hebat, tapi tim hebat lah yang akan memenangkan pertandingan"
Jose Mourinho

Bahkan seorang jose Mourinho, seorang pelatih hebat, yang memenangkan gelar liga Champion bersama Porto dan Inter Milan, memenangkan liga Inggris, Liga portugal, dan Liga Inggris, yang terkenal dengan sikap angkuh dan besar mulutnya juga percaya bahwa butuh tim kuat untuk untuk membangun kesuksesan.

berkaca dari persoalan yang dihadapi lembaga hari ini, mungkin benar bahwa hari ini butuh tim kuat. Tim yang kuat, bukan karena para pemainnya yang ber-skill, tapi timbul dari kerja sama yang bagus dan suasana tim yang kondusif. Mungkin kita semua masih ingat bagaimana Porto menjuarai Liga Champion tahun 2003. sebuah tim yang sangat biasa-biasa saja yangtidak punya sejarah kuat di daratan eropa, dan juga dihuni hanya oleh pemain-pemain kelas dua. tapi, kerjasama dan suasana tim yang kondusif kuat itulah yang menyebabkan Porto mampu menjuarai Liga Champion, mengalahkan MU, real madrid dan tim-tim bertabur bintang lain.

Di satu sisi, memang tim bertabur bintang punya potensi lebih dibanding tim-tim yang lain. tapi coba kita lihat, kenyataannya justru tim-tim elit tersebut tak mampu meredam ego kebesaran para pemain bintangnya. yang timbul malah perselisihan antar pemain dan membuat suasana tim menjadi tidak kondusif.

Jadi hari ini kita tak butuh seorang ketua BEM yang hebat. tapi kita butuh tim pengurus yang solid dan suasana berlembaga yang kondusif
baca tulisan ini lebih jauh

Senioritas dan kelangsungan lembaga (2)

Diskusi tentang senioritas memang diskusi yang tak kunjung habis. berbagai diskusi tentang pro kontra senioritas itu hampir kita temui tiap hari. mungkin fakultas kedokteran adalah fakultas yang paling tinggi kadar senioritasnya. Betapa tidak,tidak seperti di fakultas lain, ikatan kesejawatan profesi di fakultas ini sangatlah kental . ikatan profesi ini bahkan berlaku seumur hidup.

terlepas dari berbagai stigma jelek senioritas itu, bagi saya senioritas itu sebenarnya tetap dibutuhkan, utamanya di Fakultas kedokteran. Mengapa?

pertama, bagi saya, di fakultas kedokteran, senioritas adalah sebuah bentuk penghargaan kepada sesama manusia. Ajaran agama mana atau ajaran moral mana yang bisa membantah bahwa menghormati yang jauh lebih duluan ada sebagai bukan sesuatu yang baik. dan bagi seorang mahasiswa kedokteran, penghormatan dan penghargaan kepada orang lain adalah hal yang pertama harus dipelajari, karena selama hidup sebagai dokter kita akan berjumpa dan berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai kalngan. dari yang kaya hingga yang paling miskin, dari yang sehat sampai yang penyakitnya tak mampu lagi diselamatkan. Dan jika di kampus saja mereka tak bisa memberikan penghargaan kepada sesamanya mahasiswa atau kepada orang yang lebih tua dari mereka entah itu seniornya, dosennya, pegawai tata usaha atau mungkin cuma cleaning service, bagaimana bisa ia menghormati orang-orang yang mungkin lebih rendah statusnya secara sosial dan ekonomi dari dirinya di luar sana.

Kedua, tak pernah ada orang yang bisa menjadi dokter hanya dengan membaca buku. Secerdas dan sejenius apa pun dia. Bahkan jika pun ia adalah seorang malaikat yang menjelma menjadi manusia. Seorang mahasiswa kedokteran dalam perjalanannya menjadi seorang dokter selalu butuh interaksi dengan orang lain, dengan orang yang lebih duluan belajar ilmu kedokteran dari mereka. Setiap mahasiswa kedokteran pasti pernah diajar secara personal oleh seorang senior baik itu disamping tempat tidur pasien, di ruang diskusi atau bahkan di meja operasi. Ilmu itu diajarkan oleh mereka secara langsung person per person. Artinya, apa yang kita miliki hari ini sebagai dokter adalah sumbangsih dari orang yang pernah menjadi guru kita, senior kita. Oleh karena nya tidak ada alasan untuk tidak memberikan penghargaan dan penghormatan kepada mereka secara wajar dan pantas.

Saya pun juga tidak sepakat dengan senioritas yang memaksakan segala kehendak. Senioritas yang mengindoktrinasi sang yunior seolah mereka tak punya pikiran dan kepala. Membuat mereka seperti hamba dihadapan raja. Pada zaman saya menjadi maba, saya pun lebih banyak tidak sepakat dan membangkang kepada senior. Saya punya pengalaman, dikeluarkan dari MPMB oleh senior karena membangkang, dan sampai sekarang pun saya tetap dicap sebagai junior pembangkang oleh beberapa senior-senior.

Namun apapun itu, kita tetap butuh ruang-ruang pengkaderan dan bimbingan dari orang yang lebih tua (senior) kepada adik-adiknya yang lebih muda (junior). jadi, harus dipahami bahwa senioritas ada sebagai sebuah metode, bukan tujuan. senioritas adalah jalan bagi kita untuk membimbing adik-adik bukannya mengeksploitasi tanpa batas. bagi saya pribadi, tanpa bantuan dari seorang senior dan belajar dari mereka, saya mungkin tak akan bisa menjadi diri saya seperti sekarang. Di FK ini, sejak saya masuk di FK saya sangat termasuk orang yang beruntung karena mendapat kesempatan untuk berkenalan dan berinteraksi dengan orang-orang hebat yang telah mengajari saya bagaimana menjalani hidup sebagai mahasiswa. Saya bersyukur bahwa di waktu kuliah di Fakultas Kedokteran yang singkat ini, saya bisa bisa kenal dengan kanda khalik yang selalu mengajarkan bagaimana menjadi seorang problem solver, kanda irga yang selalu menunjukkan keteladanan seorang pemimpin, kanda tazrif yang selalu mengajarkan keteguhan sikap dan idealisme, dan kanda-kanda lainnya yang tak sempat saya sebutkan nama-namanya.

Harus diakui memang, bahwa senior-senior hari ini sudah semakin jauh dari makna senioritas yang sesungguhnya. Bagi saya, menjadi senior adalah berarti menjadi teladan, dan senioritas berati menunjukkan keteladanan. Mari menjadi senior yang sebenarnya...
baca tulisan ini lebih jauh

Senioritas dan kelangsungan lembaga (1)

Bagi anda yang lumayan sering berkecimpung di dunia kemahasiswaan, atau setidaknya sering bersentuhan dengan dunia kemahasiswaan, maka anda pasti akan akrab dengan kata senioritas. mari kita sedikit bicara mengenai sebuah kata yang sakral ini. kata-kata yang membuat apapun argumen anda akan patah jika dibantah dengan kata "senioritas" ini, atau jika anda seorang yang bicara blak-blakan, maka saya yakin kata ini pasti akan mampu membuat anda diam.

benarkah?

Senioritas adalah sebuah fenomena penghargaan atau penghormatan terhadap orang yang lebih dulu berkecimpung di sebuah lembaga. Fenomena senioritas ini dipraktekkan dalam segala bentuk interaksi antar komponen organisasi. Dalam tatanan kelembagaan formal, ada senioritas. Dalam kegiatan-kegiatan lembaga juga ada senioritas. Untuk beli gorengan juga ada senioritas, untuk pakai toilet juga ada senioritas. Ya, kan?

Dalam hampir semua lembaga kemahasiswaan, senioritas adalah hal yang mutlak ada. Tidak boleh tidak. tak dapat disangkal lagi, bahwa dalam beberapa kasus, fenomena senioritas ini punya efek positif bagi kelangsungan dan regenerasi sebuah lembaga. Mengapa? Karena dalam bilik-bilik senioritas, penanaman nilai-nilai dan tujuan organisasi, lebih mudah dilakukan. Doktrin-doktrin organisasi jauh lebih mudah ditanamkan kepada (utamanya) anggota baru jika kita berada dalam suasana "senioritas".

Masalahnya, adalah ketika senioritas menjadi liar dan tidak terkendali, yaitu ketika senioritas ditempatkan tidak lagi pada tempatnya. Seyogyanya, senioritas ada ketika kita berada dalam ranah proses transformasi nilai-nilai organisasi antara yang lebih tua kepada yang lebih muda. Sialnya, seringkali senioritas dijadikan legitimasi untuk mengeksploitasi pihak-pihak subordinat kita. Lebih sialnya lagi, senioritas yang menyimpang ini dibenar-benarkan (lebih tepatnya disalahgunakan) oleh orang-orang pragmatis untuk meraih tujuan-tujuan yang tak lagi ada hubungannya dengan organisasi.

Senioritas yang tidak terkendali ini lambat laun akan melahirkan sebuah bentuk penjajahan yang (celakanya) terstrukturkan. Apa gunanya kita (mahasiswa senior) berdiri di jalan berbicara menentang penjajahan jika di kampus kita, jika setiap hari di depan mata kita, penjajahan dan feodalisme masih ada di kampus. Apa gunanya kita berbicara di depan mahasiswa baru tentang independensi dan intelektualitas, jika kita masih selalu saja membunuh independensi dan intelektualitas itu dengan eksploitasi dan feodalisme?
baca tulisan ini lebih jauh

Merelakan Kepergian

setiap daun-udaun yang tumbuh adalah
kehilangan bagi rimbun musim sebelumnya
setiap nafas-nafas yang pergi
adalah kehadiran bagi jiwa-jiwa yang lain

Jika kita tahu bahwa kepergian itu niscaya
maka mengapa kita tak mampu pergi dengan bahagia?

Bukankah kita selalu percaya
bahwa setiap jalan penciptaan-Nya
lahir dari kematian-kematian yang lain
baca tulisan ini lebih jauh

mahasiswa makassar Rusuh?


Beberapa waktu belakangan media-media lokal di Sulsel lagi ramai-ramainya memblow up kasus seringnya mahasiswa makassar rusuh. Tidak tanggung-tanggung topik tentang budaya rusuh mahasiswa makassar ini dimuat di halaman depan media-media cetak besar di makassar, seperti fajar dan tribun timur.

Fenomena rusuh, baik rusuh saat aksi demonstrasi maupun rusuh tawuran antar mahasiswa sendiri, sebenarnya bukanlah hal yang langka di daerah ini. Namun belakangan fenomena ini kemudian diblow up di media, terutama setelah beberapa pengusaha asal sulsel memberikan statemen bahwa sarjana-sarjana keluaran unversitas dimakassar sulit untuk mendapatkan tempat di perusahaan-perusahaan nasional, dan penyebab utamanya adalah karena adanya stigma negatif di luar makassar bahwa lulusan-lulusan asal makassar terkenal biang rusuh. belum lagi-katanya- investor-investor dari luar sulit untuk menanamkan investasinya di kota ini akibat kesan sebagai kota yang tidak aman.

Harus diakui memang, stigma negatif bahwa label biang rusuh, anarkis, keras, terus melekat dalam diri mahasiswa asal makassar. dalam beberapa forum-forum nasional yang penulis ikuti, penulis betul-betul merasakan betapa dalam pikiran teman-teman-teman mahasiswa di luaar sana, maahsiswa asal makssar itu berwatak temperamental. pernah suatu kali penulis mengikuti kegiatan pertemuan di semarang, dan pertanyaan yang penulis dapatkan dari mahasiswa asal daerah lain adalah: "di makassar, tawuran itu berapa SKS sihh?"

Fenomena tauran dan rusuh ini memang merupakan hal yang perlu kita prihatinkan dan kaji bersama-sama. Saya percaya bahwa, mahasiswa bukanlah satu-satunya pihak yang harus disalahkan atas fomena rusuh ini.

Karena jika kita mencermati baik-baik fenomena rusuh akhir-akhir ini, sebagian besar kejadian rusuh yang melibatkan mahasiswa di kota ini lahir bukanlah dari reaksi spontanitas mahasiswa. sebagian besar penyebab rusuh mahasiswa akhir-akhir ini, umumnya adalah akibat dipantik hal-hal "sepele" yang sebenarnya bisa dibicarakan baik-baik. fenomena tawuran antar fakultas di Unhas yang biasanya dipicu masalah ketersinggunagn personal, fenomena rusuh mahasiswa asal Luwu versus SATPOL PP, rusuh aparat versus mahasiswa di pintu 1 UNHAS, dan rusuh-rusuh lain membuktikan bahwa fenomena rusuh bukanlah lahir dari kehendak sadar dan rasional mahasiswa.

Beberapa kawan-kawan (terutama pimpinan-pimpinan dan pengurus lembaga mahasiswa- teman-teman penulis sendiri) mengungkapkan bahwa melihat pemicu bentrokan selama ini yang terkesan sepele, ada kecurigaan bahwa bentrokan mahasiswa ini hanyalah settingan orang-orang tertentu yang punya kepentingan dengan pergolakan dan kekacauan yang ditimbulkan. Apalagi kemudian ketika kita mencermati, waktu ke bentrokan biasanya berdekatan dengan momen-momen tertentu yang sifatnya politis. Sebut saja menjelang pemilihan dan pelantikan rektor, pemilihan pembantu rektor, LPJ gubernur, dan sebagainya.

Penyebab lain dari fenomena rusuh ini adalah pola komunikasi yang kita bangun selama ini mengalami kebuntuan. harusnya kekerasan tak perlu terjadi andaikan pihak-pihak yang terkait bisa membangun komunikasi yang dialektis. Namun yang terjadi hari ini,komunikasi yang harusnya menjadi fungsi pemimpin lembaga mahasiswa tidak berjalan maksimal. akibatnya mahasiswa menjadi liar dan mudah terprovokasi. Parahnya lagi birokrat kampus yang harusnya menjadi mediator hanya bisa berkoar-koar di media tanpa pernah terjun langsung ke lapangan dan menyelesaikan akar permasalahan.

Komunikasi yang berjalan tidak maksimal ini, baik antar pemimpin lembaga mahasiswa, mahasiswa dan birokrat kampus, maupun mahasiswa dan pemerintah telah berlangsung bertahun-tahun. Akibatnya, setiap ada friksi sedikit aja, maka akan menyebabkan letupan kekerasan.

harusnya pemerintah sebgai pengayomrajin membuka keran-keran diskusi yang dialektik dan dialogis. Selama ini proses mediasi yang dilakukan cenederung pasif dan menunggu bola, yaitu hanya dilakukan ketika bentrokan sudah terjadi. harusnya birokrat lebihdewasa dan aktif dalam membangun komunikasi, bukannya malah mengeluarkan statemen-statemen yang tidak produktif di media, seperti yang dilakukan selama ini. Penulis yakin dengan cara seperti itu akan terbangun rasa saling percaya dan kesepahaman bersama menenai gerak langkah dan arah pembangunan bangsa yang lebih produktif.
wassalam
baca tulisan ini lebih jauh

manusia modern dan keterasingan dengan masa lalu


Saya sedang menonton serial katun avatar ketika menulis tulisan ini. Apakah anda pernah menonton seril kartun avatar? Kisah tentang bocah kecil bernama aang bersama dua temannya yang bernama sokka dan katara yang berusaha menyelamatkan dunia. Saya sedang menyaksikan episode ketika aang dan teman-temannya mendatangi reruntuhan kuil udara, tempat suci yang menjadi tempatnya dibesarkan.

Singkat kisah, aang bersama teman-temannya sangat terkejut ketika mendapatkan kuil udara yang harusnya menjadi tempat suci yang dikeramatkan telah diubah menjadi tempat modern yang serba canggih. Ratusan tahun setelah para pengendali udara dibantai di tempat itu oleh Negara api, sekelompok pengembara menemukan tempat itu dan menjadikannya laboratorium bagi penemuan-penemuan penting. Aang marah melihat itu semua. Bagaimana tidak, tempat suci bagi para pengendali udara yang harusnya menjadi tempat bagi para pengendali udara telah menjadi tempat asing bagi mereka.

Para pengembara yang menemukan tempat itu dan mengubahnya menjadi tempat yang lebih modern, juga tentunya punya alasan sendiri. Membiarkan tempat itu menjadi tempat kosong, bukankah jauh lebih tidak berguna dibanding dengan membuatnya tempat bagi penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi umat manusia.

Kehidupan manusia modern kadangkala memang membuat kita terasing dari dunia kita sendiri. Di tengah perubahan cara hidup (mulai dari cara kita bekerja, cara kita bersosialisasi, cara kita berinteraksi, cara kita berbicara, sampai cara kita berpakaian), Kita kadang-kadang tidak lagi mampu mengenali jati diri dan lingkungan kita sendiri. Kita menemukan kehidupan kita begitu asing dan jauh. Coba bayangkan jika anda adalah manusia yang berasal dari tahun 80-an. anggaplah anda tertidur selama 20 tahun, dan ketika anda dibangunkan, anda melihat sekeliling anda telah begitu berubah. Anda kebingungan. Anda merasa seakan-akan berada diplanet yang lain. kehidupan yang benar-benar lain. Itulah yang kadang kala terjadi bagi manusia modern yang sedang berada dalam perjalanan menemukan kehidupannya.

Manusia modern yang kehilangan jati diri itu lalu kebingungan dan lalu berusaha mencari jalan bagi keterhubungan dirinya dengan masa lalu. Parahnya, untuk membangun keterhubungan itu kita membangun kuil-kuil peringatan, membangun monumen, membuat kuil. Melalui simbol-simbol semacam tugu itu, kita merasa menemukan keterhubungan dengan jati diri kita di masa lalu.

Di mana-mana kita menemukan tugu-tugu peringatan, setiap tahun digelar pesta peringatan. mulai dari simbol-simbol agama, simbol-simbol kebangsaan, simbol-simbol kesukuan, dan simbol-simbol yang lain. peringatan hari kemerdekaan, peringatan hari raya agama, upacara suku, dan seterusnya menegaskan betapa kita butuh akan simbol-simbl itu. Bahkan belakangan ini, kita lalu membangun simbol yang sifatnya pribadi untuk menegaskan kedudukan kita. Hari kelahiran, hari jadian, hari tunangan dst.

Tapi benarkah symbol-simbol peringatan itu telah menemukan makna yang sebenarnya. Selama ini kita menganggap Kuil-kuil itu sebagai bentuk penghormatan kita kepada para pendahulu. Dengan penuh hikmad kita memperingati peringatan hari-hari besar setiap tahunnya, namun tak sedikit pun makna di balik peringatan itu kita selami.

Setiap peringatan 17-an misalnya, benarkah makna perjuangan dan perlawanan melawan ketidakadilan itu kita hadirkan ke dalam diri kita? Atau jangan-jagan setiap peringatan-peringatan yang kita gelar hanyalah bagian dari euphoria massal masyarakat modern yang memang berjiwa imitatif. Dalam konteks keagamaan, benarkah peringatan tahun baru hijrah, kita maknai sebagai bentuk bagian dari pejuangan membangun kebenaran? Ataukah kita hanya ikut-ikutan?

Harusnya makna masa lalu yang menjadi spirit bagi lahirnya sejarahlah yang kita hadirkan ke dalam kotak baru bernama dunia modern, bukannya dengan menghadirkan barang-barang antik, yang lalu kita anggap sebagai symbol penghormatan terhadap sejarah. Misalnya, dalam konteks dunia modern, harusnya makna proklamasi dimaknai sebgai keberanian mendobrak hegemoni dan bayang-bayang Negara maju.

Jika kita tetap terpatron pada tradisi-tradisi lama namun kehilangan makna peringatan yang sebenarnya, maka kita akan dilindas oleh arus modernisasi yang tak kenal ampun.

Seperti kuil udara yang dibangun oleh para pengendali udara sebagai benteng perlawanan terhadap Negara api, para pengembara yang menemukannya memang mengubah tampilan fisiknya ke bentuk yang jauh lebih modern, namun perubahan tersebut didasari oleh semangat perlawanan terhadap penindas. Bisa dibayangkan, jika para pengembara tetap mengadalkan senjata-senjata klasik melawan Negara api yang teknologinya jauh lebih maju. tentu saja mereka akan kalah.

Kembali ke cerita avatar; Di akhir cerita, aang menggambarkan modernisasi seperti keong yang menemukan cangkang baru. Ketika cangkang yang lama hancur, maka keong mencari cangkang lain yang betuk fisiknya mungkin berbeda, tapi bukankah isinya tetap sama?
baca tulisan ini lebih jauh

Peran Lembaga Mahasiswa dalam Membangun Indonesia Emas

Realita Kehidupan bangsa Indonesia hari ini

Sejak zaman perjuangan kemeerdekaan hingga kini, bangsa kita terus berada dalam ketertinggalan dan keterpurukan. Dan sampai hari ini pun kita masih tak bisa lepas dari keterpurukan dan ketertinggalan tersebut. Berbagai ketertinggalan tersebut meliputi hamper semua sendi-sendi kehidupan bangsa ini.

di bidang ekonomi tingkat pengangguran masyarakat kita masih tinggi. Kemiskinan cenderung naik. Tingkat investasi masih belum optimal. Pertumbuhan ekonomi cenderung lambat. Daya saing kita cenderung melemah, sementara Negara-negara di kawasan (China, India, serta Negara-negara asia lainnya) semakin menunjukkan performance yang cemerlang dalam laju pertumbuhan ekonomi. di bidang politik sejak era reformasi tahun 1998, kita memang berhasil mencapai kebebasan berpolitik yang lebih dari era sebelumnya. Keberhasilan membangun demokrasi ini memang patut diacungi jempol, namun, jika kita melihat realita yang terjadi di tangkatan grass root yang terjadi justru adalah praktik politik yang tidak sehat, yang brujung pada ketidak percayaan public pada perangkat-perangkat politik, desentralisasi yang kebablasan (bahkan sampai mengarah pada disintegrasi)

di bidang hukum, upaya reformasi terus dilakukan termasuk dalam pemberantasan korupsi, tetapi masih banyak catatan tersisa, bahwa praktik-praktik dunia hukum kita masih belum mengarah pada penguatan kepastian hukum. Bahkan ada kecenderungan masyarakat kita semakin antipasti terhadap kinerja perangkat-perangkat hokum negeri ini (masih ingat kasus cicak vs buaya, susno vs polri, serta kasus lainnya). di bidang sosial-kemasyarakatan, kondisi kesehatan yang memprihatinkan, kurangnya keseriusan pemerintah dalam membangun pendidikan serta semakin lunturnya kebudayaan local yang menjadi watak dan local geniusity bangsa ini menjadi sebuah tugas berat untuk diselesaikan.

Masalah-masalah kita sebagai bangsa memang kompleks serta saling terkait satu sama lain. Kita tak mungkin menyelesaikan permasalahan pendidikan tanpa melakukan perubahan mendasar pda kebijakan ekonomi. Demikian pula tidak mungkin berbicara tentang pembanguna kesehatan tanpa berbicara budaya, ekonomi dan pendidikan.

Tantangan masa depan Indonesia

Beban berat bangsa ini akan semakin berat dengan semakin beratnya tantangan masa depan. Di tengah ketertinggalan mutlak bangsa ini di semua sendi kehidupan, kita tak mampu menghentikan berbagai perubahan-perubahan global yang akan berimplikasi besar dalam kehidupan masa depan (coba bayangkan kita sedang balapan. Kita menggunakan motor dengan mesin 90 cc, yang rusak di sana sini, sementara bangsa lain menggunakan motor dengan mesin 300 cc dan peralatan yang serba baru, sementara jalan di depan semakin berkelok, semakin menanjak dan sulit dilewati)

Indonesia masa depan akan dihadapkan pada arus informasi yang semakin cepat, perkembangan sains dan teknologi yang semakin cepat dan luas, pola kehidupan dunia yang semakin mengglobal dan terbuka, serta brbagai tantangan lainnya.

Di mana peran mahasiswa?

Berbagai tantangan itu tentu saja menjadikan kita (mahasiswa, sebagai generasi muda bangsa ini) patut untuk cemas dan gelisah. Mengapa? Pertama, karena berbicara masa depan adalah berbicara tentang masa depan kita dan anak cucu kita, dan tentu saja kita tidak ingin di masa depan kita mendapati diri kita atau anak cucu kita hidup sebagai budak bangsa lain. Kedua, karena sejauh ini, kita masih juga tenang-tenang saja seakan tidak terjadi apa-apa.

Membangun bangsa Indonesia masa depan, maka kita akan berbicara tentang membangun kualitas bangsa ini agar sanggup menghadapi tantangan masa depan. Menurut prof. Gunawan Mintohardjo dalam bukunya Membangun Indonesia Emas, untuk membangun Indonesia masa depan maka kita membutuhkan generasi yang menguasai 3 hal yaitu concepts, competencies, dan conections
Karena kompetensi (soft skill) mahasiswa kita telah anggap didapatkan oleh mahasiswa di bangku kuliah (atau sejenisnya) maka tanggung jawab dan fungsi lembaga kemahasiswaan hari ini adalah memberikan ruang bagi mahasiswa untuk membangun konsep dan koneksi. Di situlah lembaga mahasiswa berperan, dalam hal ini, utamanya melalui berbagai kegiatan-kegiatan kelembagaan.

Membangun konsep mahasiswa maka kita akan berbicara tentang penanaman idealisme kemahasiswaan, tanggung jawab sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa, pemahaman akan kompleksitas permasalahan bangsa, pembangunan karakter mahasiswa, serta pembekalan kemampuan manajerial dan kepemimpinan.

Pembangunan konsep dan koneksi mahasiswa dalam dunia kemahasiswaan masa kini yang semakin bergerak ke arah pola hidup hedonis dan konsumtif, bukanlah sebuah tugas yang mudah. Tapi tentu saja di atas segalanya, adalah sebuah kebanggan bagi lembaga mahasiswa hari ini untuk menjadi Loyang (atau tungku) bagi pencapaian generasi Indonesia Emas
baca tulisan ini lebih jauh

Tantangan dokter masa depan, tantangan dunia lembaga mahasiswa hari ini, dan perlunya pengawalan kader

Mahasiswa kedokteran masa kini hidup di abad 21, di mana dihadapkan pada tantangan dunia kesehatan secara umum dan dunia kedokteran secara khusus yang makin berat dan makin sulit ditebak. Untuk menghadapi tantangan dunia kesehatan yang semakin berat tersebut, Mahasiswa kedokteran, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas kedokteran membutuhkan persiapan dan bekal yang matang.

Tantangan yang paling besar yang menjadi tugas berat bagi dokter masa depan adalah permasalahan kesehatan yang semakin mengglobal dan semakin kompleks serta tuntutan akan tanggung jawab profesi seorang dokter yang semakin besar.


Harus diakui bahwa semakin kompleks dan semakin terintegrasinya berbagai bidang kehidupan masyarakat kita hari ini membuat masalah kesehatan (yang merupakan tanhggung jawab bagi seorang dokter) tak lagi bisa dipisahkan dengan bidang kehidupan lain. Permasalahan kesehatan tak lagi bisa diselesaikan dengan mengandalkan pendekatan biomedik, seperti yang kita pelajari di bangku kuliah namun membutuhkan pemahaman lintas disiplin ilmu, kajian yang kompleks akan permasalahan sosial budaya, ekonomi, pendidikan dan sebagainya.

Di masa yang akan datang, kebutuhan masyarakat akan tenaga kesehatan akan semakin besar (dengan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti kesejahteraan masyarakat yang makin meningkat, tingkat pendidikan masyarkat semakin tinggi, pola hidup masyarakat yang semakin konsumtif, yang berakibat perhatian individu pada masalah kesehatannya akan semakin besar). Hal ini akan berimplikasi pada peran dokter dalam kehidupan sosial akan menjadi semakin vital. Posisi dokter dalam kehidupan masyarakat semakin penting dan ini menegaskan akan kebutuhan kita akan dokter-dokter yang berkarakter pemimpin, cerdas, dan berwawasan luas.

Berbagai tantangan di atas membawa kita pada kesimpulan akan butuhnya kita akan kader yang mau belajar/mengerti wacana-wacana dunia kesehatan, lintas disiplin ilmu, serta berkarakter pembelajar, peka dan kritis terhadap peramasalahan-permasalahan sosial kemasyaraktan.

Di lain sisi, dinamika kemahasiswaan kita, yang harusnya menjadi tempat kita membina dan mempersiapkan dokter-dokter yang mampu menghadapi tantngan masa depan juga menghadapi tantangan yang tak kalah peliknya yang tentu saja membutuhkan kreativitas agara mahasiswa kita bisa beradaptasi dengan pola dunia kemahasiswaan hari ini. Cepatnya regenerasi dalam dunia lembaga kemahasiswaan, masih rendahnya keteladanan, serta system kelembagaan yang belum terarah dan sinergis satu sama lain menjadi penyebab utama belum maksimalnya fungsi perangkat lembaga mahasiswa sebagai tempat belajar dan mempersiapakan diri mahasiswa dalam menghadapi tantngan masa depan.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka butuh sebuah metode pengawalan yang sistematis serta terencana dan berkesinambungan agar transfer pengetahuan, wacana, idelisme, serta budaya kemahasiswaan mampu berjalan secara maksimal. Selain itu butuh pula sebuah metode pendampingan yang kreatif dan fleksibel agar mampu menjadi sebuah wadah belajar yang menarik dan efektif.
baca tulisan ini lebih jauh

PERGUB no 28 th.2010 dan Disorientasi Arah Pembangunan Hari Ini

Saya ingin menulis tulisan ini, dengan berangkat dari kenyataan bahwa bangsa kita hari ini berada dalam sebuah kondisi yang mandeg. Di mana-mana pembangunan bangsa ini mengalami stganasi. Dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, budaya, politik, bangsa ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Sangat rumit memang untuk mengurai benang kusut pemasalahan bangsa hari ini. Karena masalah bangsa kita hari ini telah menjadi sebuah jaring laba-laba sistemik yang saling terkait satu sama lain. Permasalahan kesehatan akan terkait dengan pendidikan, permasalahan ekonomi, permasalahan, politik, dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk memutus mata rantai sistemik krisis bangsa ini, kita perlu sebuah arahan dan prioritas pembangunan yang realistis dan terukur. dan bagi penulis, membangun kualitas sumber daya manusia rakyat Indonesia hari ini adalah satu-satunya jalan bagi angsa ini untuk keluar dari keterbelakangn dan ketertinggalan.

Jika kita berbicara tentang pembagunan kualitas sumber daya manusia bangsa ini, maka kita akan berbicara tentang kualitas pendidikan dan kesehatan bangsa kita. Karena itu, di tengah segala kekurangan dan kelemahan Negara kita hari ini (lemah dalam kekuatan modal finansial, kualitas SDM, pernagkat hokum suprastruktur, dan sebagainya), pemerintah wajiblah untuk menjamin akselerasi pembangunan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. Hal ini sebenarnya telah digariskan dalam konstitusi di mana UUD 1945 sendiri menegaskan bahwa Pendidikan dan kesehatan dijamin oleh Negara dalam hal ini pemerintah sebagai pelaksana tugas Negara.

Pergub no.28 , ke mana arahnya?

Kebijakan Pemerintah provinsi Sulawesi Selatan baru-baru ini yang mengeluarkan pergub (peraturan gubernur) no.28 tahun 2010 yang salah satu poinnya (poin 23) mewajibkan koass (mahasiswa kedokteran yang sementara menjalani praktik magang di Rumah sakit), residen (dokter yang sedang mengambil program pendidikan dokter spesialis) dan perawat/ bidan yang sedang praktik magang unuk membayar retribusi tiap menjalani stase di rumah sakit milik pemerintah provinsi , tentu saja merupakan sebuah hal yang aneh dan tak berdasar.

Merupakan hal yang aneh, karena tanpa alasan yang jelas pemerintah provinsi Sulawesi Selatan mengeluarkan pergub ini. Kebijakan ini, terlepas dari dalih pemprov bahwa kebijakan ini bertujuan untuk merapikan administrasi dan akuntabilitas keuangan di rumah sakit, menimbulkan pertanyaan besar bagi kita semua , bahwa bukankah pemerintah berkewajiban untuk mneyelenggarakan pendidikan yng berkualitas bagi segnap rakyatnya, bukannya malah “memeras”.

Terlebih lagi bayaran rtribusi yang diminta bukanlah jumlah yang kecil untuk ukuran kantong mahasiswa Makassar, Koass diwajibkan membayar Rp. 60.000 per minggu, residen Rp.75.000 per minggu, dan mahasiswa keperawatan/kebidanan Rp.50.000 per minggu. Sebuah angka yang tidak sedikit tentu saja. Kebijakan ini juga jelas-jelas tak berdasar karena melanggar aturan yang lebih tinggi, yaitu UU penyelenggaraan Rumah sakit yang jelas-jelas menggariskan bahwa fungsi Rumah sakit selain sebagai penyelenggara layanan kesehatan juga berfungsi menyelenggarakan pendidikan kesehatan.

Sebenarnya kerjasama antara institusi penyelenggara pendidikan kedokteran (di Makassar khususnya, dalam hal ini UNHAS dan UMI) dengan rumah sakit milik pemprov telah berlangsung puluhan tahun. Dalam rentang waktu yang cukup panjang itu, ribuan tenaga kesehatan telah dihasilkan, yang tentunya ujung-ujunganya sebagian besar dari lulusan-lulusan itu akan berkontribusi besar (baca:menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan) di Sulawesi selatan. Alangkah sebuah pikiran yang picik jika kerjasama bertahun-tahun itu yang telah menjadi tulang punggung bagi pelayanan kesehatan hingga sekarang dinodai dengan retribusi yang targetnya tak lbih dari mengejar PAD belaka.

Kisruh mengenai retribusi ini semakin diperparah oleh statement gubernur Sulsel di sebuah media local, bahwa wajar saja residen, koass dan perawat dimintai retribusi karena mereka mneggunakan rumah sakit untuk memperoleh pendidikan, makan dan tidur di Rumah sakit. Sebuah pernyataan yang sangat menyakitkan, terlebih lagi diucapkan oleh seorng kepala daerah.

Saya menganggap bahwa pernyataan ini keluar dari ketidak tahuan ggubernur kita akan realita di Rumah Sakit-Rumah Sakit milik pemprov (bebrapa teman dengan nada bercanda menyebut, mungkin karena gubernur kita terlalu sering berobat ke luar negeri hingga tak tahu realita yang terjadi di lapangan). Harus dipahami bahwa di rumah Sakit-Rumah Sakit milik pemprov di mkassar (RS Labuang Baji, RS Haji, RS ertiwi, RS Fatimah) ujung tombak pelayanan di Rumah sakit ada di tangan koass, residen dan perawat magang. Mereka memang menjalani pendidikan di sana, tapi harus diakui mereka juga berfungsi sebagai tenaga teknis pelayanan di rumah sakit (bahkan fungsi pelayanan seorang residen dan koass terasa lebih besar porsinya dibanding porsi pendidikannya). Sementara dokter-dokter dan perawat yang dimiliki oleh pemprov, tak lebih dari 30% dari total tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

Apatah lagi, residen dan koass, serta perawat magang di sana bekerja siang malam untuk melayani pasien di sana, bahkan harus menginap di Rumah Sakit untuk tugas jaga tanpa pernah digaji sepeser pun. Di daerah-daaerah lain, koass dan residen bahkan diberikan tip oleh Rumah Sakit tiap mereka berdinas di Rumah sakit tersebut, karena menganggap residen dan koass telah memberikan jasa pelayanan di Rumah Sakit.

Harusnya, pemerintah sadar bahwa di atas segalanya, menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau merupakan harga mati bagi pembangunan manusia Indonesia, Terlebih lagi pendidikan kesehatan. Karena tenaga-tenaga kesehatan terdidik inilah yang nantinya menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan di daerah. Kita tak mampu membayangkan jika kelak biaya pendidikan kesehatan makin mahal, maka lulusan-lulusan yang akan dihasilkan merupakan teaga kesehatan yang profit oriented (setela lulus dari pendidikan, orang akan cenderung berpikiran megembalikan modal yang telah dibayar selama pendidikan).

Ke mana arah kebijakan pemerintah hari ini?

Kisruh retribusi ini harusnya menjadi cerminan bagi kita semua, betapa pembangunan di sulsel hari ini berjalan tanpa arah. Di tengah ruwetnya masalah pendidikan dan kesehatan di Sulsel (ingat, angka buta aksara dan tingkat penderita penyakit infeksi, Sulsel masih “berhasil” masuk lima besar). Adalah sebuah kesalahan besra jika kita kemudian mengorbankan pendidikan dan kesehatan di SulSel hanya untuk mnegejar PAD belaka.

Lebih miris lagi kemudian, ketika kita coba melihat arah pembangunan pemerintah provinsi selama 3 tahun belakangan yang cenderung mengutamakan program dan bangunan-bangunan simbolis yang milyaran bahkan trilyunan rupiah sementara pembangunan pendidikan dan kesehatan yang menjadi pilar utama pembangunan bangsa ini masih compang camping di sana sini. Pembangunan CPI (central point of Indonesia), reklamasi tanjung Bunga, dan rogram-program lain memang terkesan megah dan lux jika dilihat dari luar, akan tetapi bukankah pembangunan pendidikan dan kesehatan kita jauh lebih urgen untuk diselesaikan?
baca tulisan ini lebih jauh