HAPPY IED!!!!

bagaimana mencari kata-kata yang cocok ya??
begini saja, langsung pada tema intinya:
Selamat idul adha 1431 H
mohon maaf lahir bathin!!

mmm...
baca tulisan ini lebih jauh

Mimpi: benarkah "pesan" yang dikirimkan Tuhan lewat tidur kita?

Ada banyak hal yang kita percayai tentang mimpi. Berbagai kebudayaan di peradaban manapun di seantero dunia punya tradisi mitos yang begitu kuat yang mempercayai adanya keterkaitan antara mimpi yang kita alami dengan kejadian nyata dalam kehidupan kita. Beberapa kebudayaan mempercayai bahwa mimpi merupakan pesan akan kejadian yang akan terjadi di masa depan. Beberapa kebudayaan lain percaya bahwa mimpi merupakan media komunikasi bagi orang-orang yang telah mati untuk berinteraksi dengan manusia yang masih hidup, beberapa kepercayaan lain percaya bahwa mimpi merupakan cara Tuhan berbicara dengan manusia.

Semenjak dulu, saya sebenarnya tak pernah percaya dengan semua mitos itu. Bagi saya, tak ada satupun penjelasan argumentatif yang bisa menjelaskan keterkaitan antara mimpi dengan kejadian-kejadian di masa depan, bahkan penjelasan yang paling metafisis sekalipun. Satu-satunya penjelasan metafisis yang saya percaya tentang mimpi adalah bahwa mimpi merupakan keistimewaan yang Tuhan berikan kepada para Nabi, agar Tuhan bisa bicara dengan orang-orang terpilih itu lewat mimpi mereka. Dan keistimewaan itu hanya untuk para Nabi, yang lain tidak!

Saya mempercayai hal itu, hingga pada suatu ketika, mungkin satu atau dua minggu yang lalu saya mengalami kejadian aneh. Suatu malam saya mengalami dua mimpi berturut-turut dalam tidur saya. Saat pertama saya tidur malam itu, saya bermimpi bertemu dengan teman (teman? Yahh seperti itulah kami sering mengakuinya) semasa SMA. Dalam mimpi yang bersetting di halaman SMA itu, si teman lama menghampiri saya, lalu mohon pamit karena dia hendak pindah rumah. Beberapa detail dalam mimpi itu saya sudah lupa, anda pasti tahu susahnya mengingat detail-detail mimpi yang rumit, tapi yang pasti, dalam mimpi saya itu, si teman lama memohon izin karena hendak pindah rumah.

Setelah mimpi itu, saya sempat terbangun, sempat nonton TV sejenak, lalu tertidur kembali. Nah, setelah tertidur kembali, saya kembali bermimpi. Kali ini mimpinya agak lebih dramatis, saya bermimpi dikejar-kejar ayah saya yang waktu itu saya tak tahu alasannya kenapa, hingga dia seperti kesetanan mengejar-ngejar saya. Rasanya saat itu, saya muncul begitu saja dalam mimpi dan tiba-tiba saja berada dalam situasi di mana saya harus berlari mencari tempat sembunyi, sementara ayah saya berlari mengejar saya dengan kayu bakar di tangannya. Setelah mimpi itu, saya kembali terbangun, saya sempat berpikir alangkah anehnya mimpi ini, tapi saya percaya bahwa mimpi-mimpi yang aneh memang sering terjadi dalam tidur kita. Jadi, ini adalahsesuatu yang lumrah dan biasa terjadi.

Yang mengejutkan saya adalah ternyata pada hari itu juga saya mengalami dua peristiwa yang.. (apa ya bahasanya? Membekas? Dramatis? Memorable?) intinya susah saya lupakan. Pertama, pagi-pagi pas saya menelefon ayah untuk sebuah keperluan, ayah ternyata lagi marah sama saya. Ia sangat tersinggung dengan sikap saya beberapa minggu sebelumnya yang ternyata masih sangat membekas di hatinya. Selama ini ayah tak pernah bilang ke saya sebelumnya. Saking emosinya sama saya, saat bicara, ia bahkan terdengar hampir menangis. Saya merasa sangat menyesal saat itu juga, merasa bersalah, berdosa, merasa kurang ajar, tak tahu terima kasih. Di telefon, saya hanya bisa merasa bersalah dan mengutuki diri dalam hati. Ayah menutup telefonnya, sebelum saya sempat minta maaf..

Kedua, pas hari itu juga, saat saya lagi buka fesbuk, seorang teman lama (yang tadi muncul di mimpi) menyapa di chatroom. Setelah ngobrol beberapa lama, ia memberitahu saya, katanya beberapa minggu lagi mau nikah. Saya sangat terkejut, dia tak pernah bilang sebelumnya. Saya bahkan tak tahu bahwa dia punya pacar. Katanya, si lelaki itu teman waktu bimbel dulu. Waktu itu saya bilang, Alhamdulillah, semoga berbahagia, jadilah keluarga yang teduh dan semoga sukses dalam hidup.. sebelum dia offline, dia sempat bercanda, katanya sampai sekarang dia masih menunggu saya nembak. Ahh… ada-ada saja..

Saya sebenarnya tak ingin mempercayai segala takhyul dan mitos yang orang lain percayai tentang mimpi, tapi dua kejadian hari itu begitu nyata, dan semua orang yang mendengar kisah ini (walaupun saya tak pernah menceritakan kisah ini kecuali di blog ) pasti merasakan adanya kaitan antara dua mimpi saya hari itu dengan dua kejadian yang terjadi hari itu juga. Saya juga tak mungkin menyangkal kaitan ini.
Saya pernah mendengar penjelasan rasional dari seorang dosen (saya lupa siapa namanya), bahwa mimpi sebenarnya merupakan akibat dari proses penyusunan memori-memori yang ditangkap oleh otak kita. Saat kita tidur atau istrahat, otak kita menyusun kembali memori-memori yang telah direkam sepanjang hari dan memilah-milahnya ke dalam memori jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Nah.. menurut penjelasan ini, mimpi yang kita alami itu adalah efek dari aktifitas otak ini. Masalahnya adalah mimpi yang saya alami hari itu, bukanlah sesuatu yang pernah terekam dalam memori otak saya sebelumnya. Saya tak pernah tahu tentang kemarahan ayah saya sebelumnya. Dan saya juga tak pernah berkomunikasi lagi dengan si teman lama selama berbulan-bulan, saya juga tak pernah memikirkannya belakangan ini. Terakhir saya bertemu dia beberapa bulan yang lalu. Jadi, menganggap mimpi ini sama sekali hal biasa dan tak ada kaitan dengan kehidupan nyata justru terasa tak masuk akal.

Entahlah.. mimpi dan kenyataan memang berada pada dua dimensi kehidupan yang berbeda. Kita tak pernah (atau belum) benar-benar mampu menemukan benang merah antara keduanya. Tapi kadang-kadang kita tahu (sesubjektif apapun perasaan kita) bahwa ada kaitan besar (atau mungkin pesan) yang ingin disampaikan oleh mimpi kita..
baca tulisan ini lebih jauh

Kesibukan profesi: merampas semua waktu kita?

Judulnya memang agak sedikit provokatif (anak muda sekarang bilangnya lebay), tapi jujur saja saya sering memikirkan hal ini. Di sela-sela kesibukan sehari-hari, saya sering berpikir suatu saat nanti, ketika saya telah mencapai fase di mana kesibukan sebagai seorang calon dokter ataupun kesibukan sebagai seorang dokter mencapai masa di mana kesibukan itu benar-benar menghabiskan waktu saya yang hanya 24 jam itu, apakah saya masih punya sedikit waktu untuk diluangkan membaca buku-buku (buku-buku apa saja, selain buku kedokteran), membaca surat kabar, dan menonton film, seperti yang selama ini saya lakukan?

Selama ini, di tengah-tengah kesibukan (sebenarnya memang tak cocok disebut sebagai kesibukan, karena memang tak sibuk-sibuk amat) sebagai seorang mahasiswa kedokteran di sebuah perguruan tinggi negeri di Makassar, saya selalu punya waktu yang bisa saya habiskan dengan membaca buku, membaca artikel-artikel menarik di surat kabar, atau menonton film-film menarik. Saya memang tak punya jadwal khusus untk melakukan semua kegiatan itu, tapi yang pasti, selalu saja ada waktu kosong yang bisa saya gunakan. Di tengah-tengah waktu belajar, ketika saya dilanda kebosanan membaca buku-buku kuliah, atau di tengah siang, saat lagi mengantuk berat mendengarkan penjelasan dosen di ruang kuliah, saya sering gunakan waktu itu untuk membaca novel, mebaca buku-buku filsafat, atau buku-buku sosial budaya atau kalau lagi malas baca buku saya memilih nonton film. Di tengah malam, saat lagi tak bisa tdur, saya sering buka catatan teman-teman di fesbuk atau blog mereka yang berisi puisi-puisi terbaru, atau saya nonton film. Pagi-pagi saat lagi malas masuk kuliah pagi, atau sabtu dan minggu pagi sebelum ke kampus (ahh… selalu saja ada hal yang harus dikerjakan di kampus, saat orang harusnya libur) saya sering gunakan waktu itu untuk baca artikel-artikel menarik di kompas atau sindo.

Tak lama lagi, saya mungkin akan menyelesaikan pendidikan preklinik di fakultas ini. Itu berarti bahwa saya akan memasuki fase-fase tersibuk dalam kehidupan saya sebagai calon dokter.Semua orang tahu, bagaimana sibuk dan sulitnya kehidupan coass di rumah sakit. Harus dinas tiap pagi di rumah sakit (anda harus datang tepat waktu, tak bisa nitip absen karena mahasiswa yang dinas cuma belasan orang, beda dengan semasa kuliah yang satu ruangan bisa berisi ratusan orang), setelah dinas, harus tugas jaga lagi (tentu saja anda harus jaga, karena keselamatan pasien di rumah sakit terletak pada coass yang jaga waktu itu), di sela-sela dinas dan tugas jaga itu anda harus pintar-pintar membagi waktu, antara mengerjakan referat (semacam ulasan ilmiah tentang suatu topic penyakit tertentu) yang sangat panjang, waktu untuk istrahat, dan waktu untuk belajar buat persiapan ujian yang susahnya minta ampun. Walaupun kesibukan di tiap-tiap bagian selama coass berbeda-beda, tapi secara umum, seperti itulah prosesnya. Intinya sibuk!!

Setelah lulus? Apalagi!!Setelah melewati masa koass, harus belajar intensif buat persiapan uji kompetensi yang terkenal super-susah. setelah lulus uji kompetensi , kesibukan kita tergantung jenjang karir dan profesi yang kita pilih, yang memilih jadi klinisi mungkin akan sibuk buat jaga di klinik-klinik, atau sibuk jadi dokter di puskesmas atau rumah sakit milik pemerintah, yang memilih jadi dosen, mungkin sibuk dengan profesi barunya sebagai tenaga pengajar dan tenaga bantuan umum (yahh… anda tahulah dosen baru biasanya juga merangkap jadi tukang suruh-suruh dosen yang lebih senior). Sekarang lebih parah lagi, aturan baru untuk lulusan dokter sekarang, setelah lulus uji kompetensi harus magang di rumah sakit daerah dan puskesmas selamaminimal satu tahun. Sangat sibuk, bukan??

Pikiran dan ketakutan ini seringkali mengganggu pikiran saya, karena bagi saya, membaca buku-buku (novel, kumpulan cerpen, puisi, filsafat, sosial politik, budaya, bahkan komik sekalipun) serta nonton film itu bukan hanya tentang penyaluran hobi dan kegemaran. Lebih dari itu, membaca, tanpa disadari merupakan bagian dari pembentukan karakter kita. Terbiasa mebaca berbagai macam buku, menonton berbagai jenis film (kecuali film-film porno, itu tak dianjurkan sama sekali) bukan hanya memperluas wawasan dan khasanah pengetahuan kita, tapi juga merupakan elemen yangmempengaruhi cara berpikir kita, mempengaruhi tingkat kedewasaan kita. Dan ketika kelak kesibukan profesi ini mengambil waktu kita, saya ragu apakah kita masih punya waktu untuk mengisi otak kita dengan berbagai bacaan di luar bacaan medis. Seperti tubuh, pikiran kita juga perlu nutrisi, dan seperti yang saya pelajari, jika ingin sehat, nutrisi itu harus cukup dan seimbang takarannya.

Kita lihat saja nanti, semoga kenyataannya tak seperti yang saya takutkan. Semoga pikiran ini hanyalah perasaan-perasaan paranoid yang hadir begitu saja saat menyaksikan teman-teman lain yang sudah memasuki fase kehidupan kliniknya, yang sepertinya memang punya jadwal super-sibuk! Entahlah.. kita lihat saja nanti..
baca tulisan ini lebih jauh

karya seni, kepahlawanan dan skeptisme bangsa

beberapa hari yang lalu dalam sebuah diskusi dengan beberapa teman-teman, terlontar sebuah keluhan dari mulut seorang teman, katanya dia heran dengan seniman zaman sekarang. dia heran, katanya dari berapa banyak seniman yang ada di indonesia sekarang, tak satupun yang tertarik untuk mengangkat tema-tema kepahlawanan dalam karya mereka. ia membandingkan lagu-lagu yang dihasilkan sekarang semuanya tak satupun yang bertema kepahlawanan, bandingkan misalnya dengan lagu-lagu zaman dulu ketika zamannya ismail marzuki dengan lagu kopral jono nya hingga zamannya titiek puspa, semuanya punya tema lagu, setidaknya pernah membuat lagu, yang bertema kepahlawanan.

dalam hati saya manggut-manggut. benar juga ya... hhmmm.. mungkin benar kata seorang teman dulu. bahwa globalisasi ttidak hanya menghapuskan sekat sekat negara, sekat-sekat wilayah dan sekat sekat waktu, namun lebih dari itu kuga telah menghapuskan identitas manusia. menghapuskan perasaan bangga sebagai sebuah entitas bangsa.

di satu sisi, globalisasi dengan segala kompleksitasnya memang punya andil, tapi menurut saya ada juga satu hal penting yang menyebabkan kurangnya animo anak bangsa untuk menciptakan karya seni bertemakan kepahlawanan. yaitu kegagalan kepemimpinan. yah.. di zamannya ismail marzuki yang hidup di zaman revolusi fisik dan konfrontasi dengan malaysia, sosok bung karno yang khari9smatik memang begitu menginspirasi banyak orang. kepemimpinannya yang kuat (terlepas dari begitu banyaknya kontroversi terkait kebijakannya) begitu mampu menyihir dan memukau banyak orang, tidak hanya di Indonesia, namun juga menginspirasi dan mempengaruhi jutaan bangsa-bangsa tertindas dan terbelakang di segenap asia afrika.

Nah.. karya seni, apalagi lirik lagu merupakan hasil refleksi seniman terhadap kondisi zamannya. ketika soekarno menjadi pemimpin negeri, ia mampu memberikan arahan akan cita-cita bangsa, ia mampu membangkitkan semangat patriotisme anak bangsa. semangat inilah yang kemudian direkam oleh seniman-seniman waktu itu yang kemudian melahirkan kaya-karya kepahlawanan. sedangkan sekrang kepemimpinan kita hanya melahirkan pesimisme dan skeptisme terhadap kondisi dan masa depan bangsa. pemimpin tak mampu memberikan arahan yang jelasa akan cita-cita bangsa, dan juga tak mampu menumbuhkan semangat kebangsaan itu ke dalam kehidupan rakyatnya

jadi, bagaimana sekarang? kita tak mungkin menghidupkan soekarno untuk berdiri di depan jutaan rakyat Indonesia, dan berharap orasinya akan mampu menggetarkan rakyat republik ini. karena itulah, yang perlu (atau setidaknya yang terpikirkan oleh saya) untuk dilakukan oleh anak bangsa adalah berprestasilah! jadilah anak bangsa yang bisa dibanggakan jadilah anak bangsa yang bisa dijadikan inspirasi bagi jutaan rakyat yang sedang kehilangan harapan, bagi jutaan rakyat yang sedang dilanda skeptisme kronik.
baca tulisan ini lebih jauh

tukang parkir cilik yang sekalian ngamen

saya sedang di depan sebuah klinik, beberapa hari yang lalu saat tiba-tiba sesorang anak kecil mendekati saya. saat sedang hendak mengambil motor yang memang saya parkir di luar area klinik ( halaman klinik sempit, jadinya harus parkir motor di luar), seorang anak lelaki kecil yang saya taksir umurnya mungkin baru 5 atau 6 tahun mendekati saya, dengan entengnya si anak kecil ini menyodorkan telapak tangannya ke saya. hhmmm saya mengerti. ini anak pasti minta biaya parkir. ya.. anda tahulah, walaupun sebenarnya ia tak berhak menarik jasa uang parkir di area yang memang bukan halaman parkir itu, tapi rasanya tak enak berdebat dengan si anak kecil tadi. lagian juga waktu itu saya begitu kasihannya dengan si anak kecil yang penampilannnya begitu kucek dan kumuh.

jadinya, tanpa banyak timbang-timbung, pas si anak ini yang waktu itu lagi megang karton bekas di tangannya (mungkin bekas dos mi instan atau bekas dos air mineral) datang sambil nyanyi-nyanyi dan menodorkan tangannya ke arah saya. saya langsung berikan selembar uang seribu rupiah..

pas selesai saya kasih uang, ehhh.. si adik kecil dengan nyantainya bilang "ihhh boss.. dua ribu nahh... kau ndak liat ini saya juga ngamen?" dia bilang begitu sambil memmukul-mukulkan karton yang dipegang dengan tangan kanannya itu di punggung lengan kirinya, juga sambil nyanyi lagu yang tak saya tahu juudulnya apa, karena si anak kecil ini bilang huruf "r" saja masih belepotan.astaga!!!! saya langsung dongkol dalam hati. Ini anak kecil, dah beruntung juga saya mau kasih uang, eh pake acara bentak-bentak minta nambah lagi. betul-betul edan!!

saya langsung pelototkan mata ke itu anak. merasa dipelototin, itu anak langsung ngeluyur pergi entah ke mana. say pun meninggalkan tempat itu dengan geleng-geleng kepala.. betul-betul edan!!!!
baca tulisan ini lebih jauh