Spirit Sumpah Pemuda dan Relevansinya dalam Permasalahan Bangsa Ini

Beberapa hari lagi, kita akan sampai di tanggal 28 oktober. Sebuah hari, yang oleh bangsa ini banyak diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Bukannya bermaksud latah, dengan ikut-ikut menulis tentang sumpah Pemuda, namun merefleksikan proses kelahiran sebuah peristiwa sejarah dan menarik relevansinya ke dalam realitas kehidupan kita secara praktis, selain merupakan bentuk penghormatan kepada sejarah, juga sekaligus merupakan cara kita menghadirkan perubahan bagi bangsa ini.

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua yang kelak melahirkan Sumpah Pemuda berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggotakan pelajar dari seluruh indonesia. Panitia kongres yang diketuai Soegondo Atmowiloto menghadirkan perwakilan dari berbagai perhimpunan pemuda Indonesia yang waktu itu masih banyak merupakan representasi dari entitas-entitas kesukuan dan keagamaan. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda. Tema-tema besar yang diusung dalam kongres pemuda itu adalah nasionalisme, pendidikan dan kepanduan.

Di akhir kongres inilah dilakukan pembacaan teks hasil kongres yang belakangan disebut sebagi Sumpah Pemuda. Pembacaan Sumpah pemuda ini kemudian menggaung ke suluruh jajahan hindia Belanda, menjadi topik pembicaraan dan diskusi di berbagai forum, di berbagai studi klub, dan dalam waktu cepat melahirkan gelombang semangat nasionalisme yang kelak di kemudian hari melahirkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Proses kelahiran sumpah pemuda yang dibacakan di Gedung Indonesisch Huis Kramat , 82 tahun silam ini, tidaklah lahir dari sebuah ruang yang hampa. Kelahirannya bukanlah hanya sebuah rangkaian proses sejarah yang determinis dari kejemuan masyarakat terhadap kondisu bangsa dan realitas penjajahan bangsa Eropa atas bumi nusantara namun juga merupakan hasil dari pergolakan pemuda sekaligus kualitas pemuda waktu itu.

Ada dua hal yang dimiliki pemuda Indonesia waktu itu yang mejadi titik tonggak kelahiran sumpah pemuda, yaitu kemampuan berpikir jauh ke depan dan keberanian mengambil sikap atas nasib bngsa sendiri. kemampuan berpikir jauh ke depan dan melompati mainstream pemikiran tradisional waktu itu yang masih bercirikan semangat kesukuan dan semangat keagamaan, merupakan hal yang baru . Begitu juga ide untuk menciptakan lahiranya sebuah negara-bangsa yang kelak bernama Indonesia (seperti tercantum dalam teks pidato yang dibacakan di kongres waktu itu oleh Moh.Jamin) merupakan sebuah terobosan ide yang belum terpikir oleh para generasi sebelumnya.

Bahkan lebih jauh lagi, kemampuan berpikir melampaui zamannya in telah dibawa oleh pemuda itu ke wilayah-wilayah yang jauh lebih universal, yaitu kesetaraan semua manusia. Penolakan terhadap segala bentuk kolonialisme dan dan penindasan sebuah bangsa atas bangsa lain merupakan hal-hal yang langka bagi pemuda-pemuda waktu itu yang bertahun-tahun hidup dalam feodalisme, baik di zaman kerajaan agraris hingga zaman pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

Yang juga menjadi hal penting dalam proses kelahiran sumpah pemuda adalah Keberanian mengambil sikap untuk menyatakan melawan entitas Hindia belanda yang disematkan oleh para penajah. Dengan lantangnya para pemuda meneriakkan sumpah Pemuda kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia raya yang digubah oleh WR. Supratman, padahal isi Sumpah Pemuda dan lagu Indonesia Raya tersebut tidak hanya merupakan pernyataan akan persatuan bangsa dari seluruh nusantara, lebih jauh dari itu juga merupakan pernyataan terang-terangan akan cita-cita mendirikan sebuah negara bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Pernyatan cita-cita nasionalisme ini tidak hanya mendapat tantangan dari pemerintah kolonial waktu itu yang mengawasi semua gerak gerik pemuda, namun juga mendapat tantangan berat dari pertanyaan apakah bangsa ini telah cukup mampu untuk berdiri di atas kaki sendiri. Namun dengan tegas para pemuda menjawab bahwa rakyat Indonesia mampu untuk berdiri sebagai sebuah bangsa yang berdaulat. Tujuh belas tahun kemudian, cita-cita besar ini benar-benar terwujud dengan pernyataan proklamasi tahun 1945 oelh Soekarno-Hatta.

Hari ini kita hidup dalam sebuah negara yang kehilangan karakternya sebagaia sebuah bangsa yang terhormat dan negara yang berdaulat. Kebudayaan kita yang lahir dari peradaban yang berusia ribuan tahun, hilang begitu saja dikikis oleh hegemoni budaya barat. Gejala disintegrasi bangsa dan konflik-konflik horizontal antar warganegara adir di mana-mana. Sebagai sebuah negara yang berdaulat, dengan mudahnya wilayah kita dicaplok negara lain. sebagai sebuah entitas politik, negara kita kehilangan taji dalam pergaulan internasional.

Gejala kehilangan karakter dan harga diri sebagai sebuah bangsa ini merupakan akibat dari ketidak mampuan negeri ini untuk menjadi sebuah negara-bangsa yang mandiri. adalah nyata bagi kita semua hari ini, bahwa dalam berbagai bidang kehidupan, kita mengalami ketergantungan (dependensi) terhadap bangsa lain.

Globalisasi ekonomi telah menyeret bangsa ini ke dalam dependensi terhadap kekuatan-kekuatan ekonomi asing, yang celakanya tidak dibarengi dengan penguatan terhadap kekuatan-kekuatan ekonomi mikro di skala local. Akibatnya, begitu mudahnya ekonomi kita disapu badai krisi di tahun 1997 dan kesenjangan kesejahteraan semakin dalam. Lebih jauh lagi permsalahn pelik terkait kemndirian bangsa ini telah menghasilkan prahara politik dan sosial yang berkepanjangan. Di bidang politik, campur tangan asing terhadap kebijakan-kebijakan negara sangat nyata terlihat.

Kembali ke semangat Sumpah pemuda tadi, kemampuan berpikir jauh ke depan dan melompati zaman merupakan sebuah spirit yang harusnya dihadirkan dalam realita permasalahan bangsa.karena sekali lagi, perubahan tidaklah lahir dari proses dialektika sejarah yang determinis. Kemampuan berpikir melampaui mainstream pemikiran umum seperti yang dimiliki oleh para pemuda angkatan 20-an harusnya bias menjadikan kita mampu memberikan sumbangan-sumbangan yang kreatif dan inovatif bagi perubahan bangsa.

Dan lebih dari itu, juga dibutuhkan keberanian para pemuda untuk menyatakan sikap terhadap persoalan mendasar bangsa ini. Permasalahan kemandirian bangsa kita, baik dalam bidang ekonomi, social maupun politik hanya bisa diselesaikan dengan ketegasan sikap. Di bidang ekonomi misalnya, kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat di Indonesia hanya bisa diwujudkan denan melaksanakan secara konsisten konsep ekonomi kerakyatan yang mandiri. Begitu juga di bidang politik, kebijakan yang tegas dan merdeka dari intervensi dari kekuatan asing lah yang bisa mengangkat harga diri kita sebagai sebuah bangsa.

Hari Sumpah pemuda bagi sebuah bangsa bernama Indonesia bukanlah hari yang lahir begitu saja. Ia lahir dari pergolakan, tidak hanya fisik, tapi juga pergolakan pemikiran yang alot. Beberapa di antara kita menjadikannya sebagai ritual yang kosong , dengan hanya sekedar diepringati, dijadikan tema-tema diskusi, dijadikan tema-tema aksi tanpa pernah kita benar-benar merefleksikan releansi semangat sumpah pemuda dalam tantangan bangsa hari ini.

Selamat Hari Sumpah Pemuda..
0 Responses