Senioritas dan kelangsungan lembaga (1)

Bagi anda yang lumayan sering berkecimpung di dunia kemahasiswaan, atau setidaknya sering bersentuhan dengan dunia kemahasiswaan, maka anda pasti akan akrab dengan kata senioritas. mari kita sedikit bicara mengenai sebuah kata yang sakral ini. kata-kata yang membuat apapun argumen anda akan patah jika dibantah dengan kata "senioritas" ini, atau jika anda seorang yang bicara blak-blakan, maka saya yakin kata ini pasti akan mampu membuat anda diam.

benarkah?

Senioritas adalah sebuah fenomena penghargaan atau penghormatan terhadap orang yang lebih dulu berkecimpung di sebuah lembaga. Fenomena senioritas ini dipraktekkan dalam segala bentuk interaksi antar komponen organisasi. Dalam tatanan kelembagaan formal, ada senioritas. Dalam kegiatan-kegiatan lembaga juga ada senioritas. Untuk beli gorengan juga ada senioritas, untuk pakai toilet juga ada senioritas. Ya, kan?

Dalam hampir semua lembaga kemahasiswaan, senioritas adalah hal yang mutlak ada. Tidak boleh tidak. tak dapat disangkal lagi, bahwa dalam beberapa kasus, fenomena senioritas ini punya efek positif bagi kelangsungan dan regenerasi sebuah lembaga. Mengapa? Karena dalam bilik-bilik senioritas, penanaman nilai-nilai dan tujuan organisasi, lebih mudah dilakukan. Doktrin-doktrin organisasi jauh lebih mudah ditanamkan kepada (utamanya) anggota baru jika kita berada dalam suasana "senioritas".

Masalahnya, adalah ketika senioritas menjadi liar dan tidak terkendali, yaitu ketika senioritas ditempatkan tidak lagi pada tempatnya. Seyogyanya, senioritas ada ketika kita berada dalam ranah proses transformasi nilai-nilai organisasi antara yang lebih tua kepada yang lebih muda. Sialnya, seringkali senioritas dijadikan legitimasi untuk mengeksploitasi pihak-pihak subordinat kita. Lebih sialnya lagi, senioritas yang menyimpang ini dibenar-benarkan (lebih tepatnya disalahgunakan) oleh orang-orang pragmatis untuk meraih tujuan-tujuan yang tak lagi ada hubungannya dengan organisasi.

Senioritas yang tidak terkendali ini lambat laun akan melahirkan sebuah bentuk penjajahan yang (celakanya) terstrukturkan. Apa gunanya kita (mahasiswa senior) berdiri di jalan berbicara menentang penjajahan jika di kampus kita, jika setiap hari di depan mata kita, penjajahan dan feodalisme masih ada di kampus. Apa gunanya kita berbicara di depan mahasiswa baru tentang independensi dan intelektualitas, jika kita masih selalu saja membunuh independensi dan intelektualitas itu dengan eksploitasi dan feodalisme?
5 Responses
  1. Adityar Says:

    Bagi saya, senior tidak sekedar "orang yang duluan masuk". Ada yang lebih dari itu. Musti ada hal-hal yang lebih dari sekedar umur. Intelektualitas salah satunya. Bukan sekedar arogansi dan pembenaran untuk menginjak hak-hak individu ataupun kolektif (dalam hal ini hak-hak junior).
    Senioritas memang penting dalam hal keberlangsungan lembaga seperti yang kawan bilang. Penanaman nilai dasar sebuah lembaga akan lebih mudah jika yang dibawa adalah isu senioritas. Hanya saja harus diiperhatikan lagi, jangan sampai ini menjadi penjajahan yang terstruktur.

    Salam :)


  2. Amey Says:

    tinggalkan penjajahan?

    bisa kah?
    kapan tindakan itu akan berakhir di FK?


  3. Unknown Says:

    ameey: ayoolah.. lebih dewasa dong.. lebih optimis
    tyar: semua orang sebenarnya sepakat dengan senioritas. semua lembaga, apalagi lembaga kader pasti butuh senioritas. kita hanya berbeda pendapat dalam kadar senioritasnya sampai di mana..
    pengkaderan hanyalah metode bukan tujuan.


  4. Adityar Says:

    Sepakat, Teman. Lembaga kader butuh pengkaderan. Kader adalah aset sekaligus alat gerak. Dan tugas senior adalah membuat alat gerak itu terus ada. Selama bertujuan dan tujuannya bukan sekedar balas dendam dan pelampiasan.
    Seperti Amey yang merasa itu adalah sebuah penjajahan.


  5. Unknown Says:

    tyar: itulah masalahnya...
    senior-senior zaman sekarang tak mengerti dengan falsafah senioritas yang sebenarnya itu. yang terjadi adalah senioritas untuk kepentingan pribadi orang-orang tertentu (tak semua juga senior berprilaku negatif. ada juga yang tetap dengan geng-overidealismenya, jadi jangan meng-overgeneralisasi), bahkan kadang-kadang ada yang bertujuan hanya sebagai alat pelampiasan dendam turun-temurun...

    sekali lagi, mari menjadi senior yang sebenarnya...