Back to Basic


Bagaimana HMI saat ini?, pertanyaan ini sudah menjadi trademark bagi organisasi mahasiswa Islam terbesar ini untuk peran selanjutnya. Siapa yang tidak kenal dengan HMI yang mempunyai kiprah besar terhadap tegaknya bangsa ini. Tapi juga ada tuduhan, bahwa HMI pun turut andil dalam kebobrokan para politisi yang notabene alumni HMI.

Tidak ada kata lain yang bisa dijadikan patokan bagi HMI, kecuali back to basic. Yaitu kembali pada Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang 'bernafaskan Islam' dan bertanggung jawab atas terselenggaranya negara adil makmur yang diridhai Allah SWT. Hanya ini yang harus dijadikan tolok ukur eksistensi HMI. Lain dari itu, tidak ada.


Kalau kata Fachri Ali, dia menyebutkan "Dulu HMI adalah organisasi intelektual yang mencetak kader-kader technocrat dan merupakan idola tiap anak muda terpelajar, serta curiga dengan politisi yang cenderung manipulatif dan bohong melalui kemampuan berpidato. Sedangkan hari ini HMI adalah pencetak para kader politisi yang dulu dicurigai oleh HMI itu sendiri. Saya berkeyakinan 10 tahun kedepan rakyat kian bosan dengan politik, bosan dimanipulasi dan bosan dibohongi. Oleh karenanya 60 tahun HMI kini, jika dia ingin tetap Berjaya, maka mencetak kader-kader intelektual (technocrat) adalah sebuah keharusan, karena bangsa ini akan bersiap melakukan substitusi kepemimpinan politik dengan kepemimpinan technocrat. Membaca dan menulislah, karena itu yang akan membuat anda dewasa secara intelektual." (sumber : http://pbhmi.com). Nah... sekarang, apa yang dimiliki dan yang bisa ditonjolkan oleh si-'Hitam Hijau' ini?.

Mungkin, ini mungkin saja, saat ini telah terjadi degradasi kaderisasi di tubuh HMI sendiri. Entah apa sebabnya. Bisa jadi juga tanggungjawab para rakanda alumninya yang terus menerus meng'kooptasi' adik-adiknya di HMI. Demi kepentingan para rakandanya, adik-adiknya diobok-obok. Dan yang paling penting, bagi HMI-nya sendiri harus mulai sadar bahwa HMI bukan milik alumni, tapi milik anggota. Sehingga maju-mundurnya organisasi ini tergantung bagaimana sikap anggotanya. Jika anggotanya mau di'mainkan' oleh para rakandanya, maka sudah jelas bahwa HMI sedang menggali liang lahatnya sendiri.

HMI adalah HMI, bukan HMI adalah juga Alumni HMI. Paradigma ini jelas berbeda. Karena akan bermuara pada hilangnya sikap independen. Tanpa sikap independen ini, maka tidak ada HMI. Dan menjadi wajar jika kemudian ada pertanyaan 'Bagaimana HMI saat ini?'. Bukan berarti anti kepada Alumni HMI. Akan tetapi bersikap proporsional. Bahwa Alumni HMI merupakan wadah silturrahmi dan komunikasi antar komunitas keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam. Tidak lebih. Apalagi kemudian ada transaksi, deal-deal politis yang bakal berdampak pada proses perbaikan institusi.

HMI akan terbawa-bawa dalam berbagai proses politik yang terjadi. Akan sangat membanggakan jika ternyata proses politik itu membawa dampak positif pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan tetapi sebaliknya, institusi HMI akan terbawa buruk dan rusak karena tingkah laku para alumninya yang tidak patut dan tidak layak, apalagi bagi para alumninya yang terlibat unsur-unsur KKN. Jelas-jelas ini merusak dan menghancurkan. Bukan saja HMI tapi juga bangsa dan negara secara keseluruhan.

Oleh karenanya, dengan ucapan bismillah...HMI harus back to basic. Yakin Usaha Sampai.
0 Responses