untuk ranting-ranting muda yang baru tumbuh

Saat musim berganti, siapa yang akan melanjutkan menjaga rumah ini?

Sebenarnya selalu ada gelisah saat matahari pagi membangunkan kami dari jendela yang kosong, karena matahari yang terbit tiap pagi di belakang rumah selalu saja mengingatkan kami akan musim yang semakin renta, akan tubuh kami yang semakin rapuh. beberapa hari dalam semusim, kami menyaksikan bagaimana uzur menggerogoti tiap tiang rumah ini yang semakin kepayahan memanggul mimpi yang terlanjur kita gantung di langit-langit…

Kami tahu, akan tiba waktunya, saat musim berganti meninggalkan kami dalam dingin yang kering dan beku. Akan ada yang hilang dan pergi dari rumah ini , perlahan-lahan daun-daun menjadi kering dan berguguran satu persatu, ranting ranting berderak dan jatuh ke tanah. Saat itu kami sadar betapa kami telah melewati musim yang panjang sementara kami tak mampu mampu juga menjawab pertanyaan usang tentang sepeninggal kami, siapa yang akan melanjutkan kami menegakkan tiang rumah ini..

bunga-bunga dan tunas baru tumbuh di halaman rumah

Rasanya baru saja kemarin, saat kami hanyalah bocah-bocah kecil yang berlarian mengejar belalang atau menjerang tubuh dalam panas matahari di padang ilalang belakang rumah. Lalu hari ini, tiba-tiba kami telah mendapati diri kami harus menjadi tonggak bagi rumah yang semakin rapuh. Menjadi atap bagi rumah yang telah bertahun tahun kehujanan dan kedinginan dalam prahara..

Kami baru saja belajar membaca arah angin, baru saja berusaha mengeja awan dan larik-larik bintang saat di halaman rumah bunga-bunga baru muncul. Beberapa di antaranya mungkin layu dan mati, beberapa tumbuh menjadi ranting ranting baru. Ranting ranting baru yang akan menggantikan kami menopang tiang-tiang rumah ini…

Sebenarnya kami masih ragu, apakah kami mampu membesarkan bunga-bunga baru yang masih rapuh, sementara kami masih lelaki gamang. Lengan kami bahkan tak cukup kuat untuk sekedar mampu menahan angin muson yang semakin keras. Tapi setidaknya, kami merasa bahagia sebab tak ada yang lebih membahagiakan dari menyaksikan bunga bunga baru itu tumbuh dan mekar di halaman rumah, menyebarkan wanginya ke sepanjang zaman yang semakin remang..
*************************************************************************************

makassar 26/01/10
Mungkin karena dulu kami bukanlah adik yang baik
hingga sekarang kami tak pernah mampu menjadi kakak yang baik
baca tulisan ini lebih jauh

catatan yang ditulis seekor kodok dalam perjalanan mnecari bulan

Setelah berkilo-kilo waktu
dan bertumpuk-tumpuk jarak
aku lewati
tak ada yang kubawa selain sederet catatan perjalanan

Tentang danau:
Aku sebenarnya masih membenci genangan air ini dan masih menyesal dilahirkan disini dengan kulit hijau yang basah, lembab dan berminyak, sampai akhirnya aku pertama kali menemukanmu terapung di tengah danau. hanyut di antara teratai dan ranting-ranting yang patah.
sejak saat itu aku belajar menahan napas kuat-kuat hingga keluar semua urat-urat di tenggorokanku, menggembungkan tubuh agar mampu mengapung mengejarmu

tentang sungai:
Aku masih belajar mengapung saat kau hanyut terbawa arus ke muara. Ke air lapar yang tak pernah kulihat sebelumnya , yang menghisap sisa-sisa daun yang membusuk, membawa semua air entah ke mana. Beberapa di antaranya penuh batu yang licin dan tajam, sementara aku harus berjuang melawan arus yang semakin buas, sementara tanganku yang lain masih berusaha menggapaimu
Karena itu, aku harus belajar berenang, belajar sekuat mungkin melawan arus, dan segesit mungkin menghindari batu: untuk mencapaimu

tentang rawa-rawa:
Aku kehilangan jejakmu di sana. Tersesat di antara rumput-rumput tinggi yang menjulang menembus air. Aku mencarimu di antara air yang hitam dan berbau, tapi aku tak menemukanmu.
Sejak saat itu aku harus belajar berteriak keras, berteriak memanggil namamu di sepanjang air dan lumpur yang hitam.

tentang langit:
sampai sekarang aku masih berusaha mencapaimu, walaupun beberapa hari terakhir baru kutahu kalu kau sudah terbang ke atas sana.
Maka aku belajar terbang, tapi sampai sekarang aku tak mampu juga bahkan mnyentuh sinarmu…
baca tulisan ini lebih jauh

Lembaga mahasiswa dan masyarakat

Ketika melihat korelasi hubungan mahasiswa dengan masyarakat pada saat sekarang dengan kondisi dulu pada zaman pra kemerdekaan, akan terasa ada nuansa yang jauh berbeda. Jika dulu, mahasiswa melalui organisasi di kampus, baik itu intra maupun ekstra universitas, tidak melihat perjuangan perubahan sosial hanya sebatas dunia kampus saja. Mereka rela turun gunung untuk membantu memberi pendidikan ke masyarakat, baik itu melalui forum-forum diskusi maupun mimbar bebas di alun-alun desa/kota. Ada hubungan yang bisa dikatakan mesra antara mahasiswa dan masyarakat pada saat itu.

Namun sekarang, kita bisa sama-sama melihat orientasi perjuangan dan pergerakan organisasi mahasiswa malah cenderung kampus oriented. Sangat jarang kegiatan-kegiatan bersama masyarakat dilakukan. Kalau pun ada, hanya pada saat-saat Praktik Kerja Lapangan (PKL) atau pun Kuliah Kerja Nyata (KKN). Dunia mahasiswa hari ini adalah bagaimana caranya menyelamatkan diri masing-masing dengan cara secepatnya menyelesaikan studi dan bekerja. Seolah-olah tugas kemasyarakatan hanyalah tugas pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) saja. Ini adalah bentuk pergeseran paradigma yang semakin menambah dalam gap antara dunia ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Dari kacamata idealnya, hubungan organisasi mahasiswa dan masyarakat adalah hubungan saling membutuhkan dan mengembangkan. Ilmu pengetahuan yang diproduksi di kampus seyogyanya ditransformasikan ke kehidupan bermasyarakat. Organisasi mahasiswa tidak boleh alpa dalam mengadvokasi masyarakat baik itu yang berada dalam lingkungan sekitar kampus maupun secara umum.

Dalam menjalankan amanah sebagai agent of change , organisasi mahasiswa sangat dibutuhkan peran strategisnya dalam membantu masyarakat. Hal ini dikarenakan ada beberapa potensi dan kekuatan dalam sebuah organisasi. Pertama, organisasi mahasiswa memiliki potensi untuk menggerakkan massa yang cukup rill. Kedua, memiliki legitimasi sebagai representasi universitas untuk melakukan sesuatu kegiatan. Ketiga, organisasi mahasiswa memiliki kader-kader yang mumpuni dan cenderung lebih berkomitmen untuk aktif membangun masyarakat.

Sejatinya mahasiswa melalui wadah organisasi kemahasiswaan tidak menjadi menara gading yang angkuh di tengah sulitnya kondisi masyarakat. Teori-teori yang diperoleh di kampus tidak akan menemukan esensinya jika tidak diterapkan di masyarakat.Untuk itu, organisasi mahasiswa sudah waktunya kembali ke khittahnya sebagai pengayom dan selalu hadir di masyarakat.
baca tulisan ini lebih jauh