sajak tentang kau yang tertancap di langit

"Setiap Malam, Sesaat Sebelum Aku Menatap Bintang, Aku Selalu Bertanya Pada Hatiku Tentang Seberapa Besar Rasa Cintaku Kepadamu Dan Setiap Kali Itu Pula Aku Mendapatkan Jawaban Yang Sama Bahwa Seberapapun Besarnya Cintaku Kepadamu Itu Menjadi Tak Ada Artinya Ketika Pada Kenyataannya Tak Ada Cinta Yang Kau Sisakan Untukku Walau Hanya Sedikit Saja"


tapi lagi-lagi aku mencoba tak percaya pada kata hatiku dan lebih memilih percaya pada senyummu saja, dengan begitu mungkin aku akan tetap bertanya sambil lalu pada hatiku sesaat sebelum aku melihat kembali bintang--yang sejak bertemu denganmu rutin aku lakukan, di malam selanjutnya tanpa memerdulikan jawaban yang hanya akan mengundang airmata itu
baca lebih jauh



"aku mencintaimu, untuk itulah di setiap malamku dan malammu yang mungkin saja berbeda, aku menanam bintang-bintang dengan bibit dari keringatku yang menetes ketika terlalu lelah aku berlari menujumu hanya demi membalas senyummu yang tertinggal begitu saja di mataku"

aku membayangkan di suatu hari baik nanti, ketika tanganku dan tanganmu adalah satu, bintang-bintang itu tumbuh menjadi matahari dan menyinari mataku dan matamu dengan tanpa memerdulikan cuaca dan waktu karena hari-hari hanya menjanjikan terang bahkan pada malam-malam tergelapmu

(dan kau akan menciptakan bayangan panjang di belakangmu untuk kau titipkan padanya rindu sementara aku menciptakan bayangan di hatimu untuk aku sampaikan padanya rayu, dan aku hanya tinggal menunggu bayanganmu berpaling dan kemudian berdua aku dan kau melihat bayangan kita terikat di antara terang matahari dan teduh cinta sejati)
2 Responses
  1. Amey Says:

    romantismu deh!

    ckckckc...

    pujangga...pujangga...


  2. Unknown Says:

    hhahahahahhaa...
    palsu doang itu tulisan...