tak penting berhasil atau tidak, karena yang penting adalah kita tahu kebenarannya...

saya terinspirasi untuk menulis tulisan ini setelah menonton film harry potter and the prisoner of azkaban. anda pasti telah menonton film ini. saya bahkan telah berulang kali menonton film ini, dan itu sama sekali tidak membuat film ini berkurang menariknya (terlebih setelah di akhir cerita, saya menemukan sebuah kata-kata yang menurut saya sangat penting untuk dimaknai lebih dalam).

Film ini mengisahkan kehidupan Harry Potter di tahun ketiganya sekolah sihir Hogwarts. (mohon maaf, saya sebenarnya tak ingin menceritakan cerita film ini, karena saya yakin anda sudah tahu jalan ceritanya, tapi saya harus menuliskannya, bukan hanya agar anda lebih mudah mengerti tulisan saya, tapi juga untuk membuat tulisan ini terlihat lebih panjang. heehhehee ) di awal cerita dikisahkan seorang tahanan penjara sihir azkaban, sirius black, melarikan diri untuk mencari Harry. Orang-orang mengira Sirisu balck yang telah membantu membunuh orang tua Harry akan membunuh Harry. Tapi di akhir cerita, akhirnya terungkap jika Sirius tidaklah bersalah, karena yang membantu membunuh orangtua harry adalah Peter pettigrew sang pengkhianat.


Di akhir film ketika harry potter tahu bahwa peter pettigrew sang pengkhianat berhasil maelaroikan diri, harry potter sangat kecewa. Ia berbicara kepada professor Lupin, sahabat sekaligus gurunya
"apa yang kita lakukan, apa yang kita perjuangkan selama ini menjadi sia-sia. peter pettigrew berhasil melarikan diri"
Tapi Profeesor lupin menyanggahnya
"tidak. tidak sama sekali Harry. Apa yang kau dan kami semua lakukan selama ini tidak lah sia-sia. Kau menemukan kebenaran. itu sebuah anugrah yang tak ternilai harganya."

mungkin ketika kita dihadapkan pada situasi yang sama, kita akan berpendapat seperti Harry. Tentu saja, siapa siih yang tak marah ketika kita setengah mati memperjuangkan sesuatu yang kemudian gagal di akhir?

Tapi yang paling penting adalah dengan memperjuangkan sesuatu (tak peduli berhasil atau tidak) kita sedang membangun pribadi kita. kita sedang membangun nilai-nilai yang kita yakini kebenarannya. Nilai-nilai inilah yng nantinya akan menunjukkan jati diri kita.

Saya teringat ketika saya belajar berenang waktu kecil (yahhh.. walaupun sampai sekarang saya tak mampu berenang), ayah saya bilang, "Coba saja, jika kau tak mampu berenang, setidaknya kau tahu rasanya belajar berenang"

jangan takut untuk berbuat.
baca tulisan ini lebih jauh

jika waktu adalah panas matahari, maka aku ingin demam sedemam-demamnya

waktu, seperti jerang (atau rejang) panas matahari yang membakari tubuh kita sepanjang hari yang dengan itu kita menyusun satu demi satu cerita-cerita yang hampir punah tentang

Kadang-kadang sisa-sisa panasnya masih tertinggal di ubun-ubun menjalari leher, dada, lengan dan semua tubuhku menjadikanku menggigil kears di sepanjang malam-malamku yang dokter menyebut itu demam tinggi, Tapi aku lebih suka menyebutnya sebagai kenangan. Kau bilang, apa bedanya?

karena itu khusus untukmu, aku ingin demam sedemam-demamnya: agar aku bisa mengenangmu sedalam yang aku bisa...
baca tulisan ini lebih jauh