manusia dan Sekolah

Cogito ergo sum
Saya berpikir maka saya ada.
(rene Descartes )


Walaupun saya tak sepenuhnya sependapat dengan ucapan rene Descartes di atas, Namun saya tahu bahwa ucapan rene Descartes di atas ada benarnya. Manusia pada dasarnya diciptakan tuhan denan akal. Akal inilah yang membedakan manusia dengan mahluk ciptaan tuhan yana lainnya . Dengan akal ini manusia bias berpikir, dan dengan kemampuan berpikir itu manusia bisa belajar berbagai hal.

Belajar merupakan cara manusia untuk menyempurnakan kemuliaannya sebagai mahluk tuhan yang diberi tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi. Maka setiap manusia pasti dalam dirinya telah tertanam naluri untuk belajar. Dari sejak zaman primitive hingga abad mutakhir sekarang ini manusia terus berpikir`dan akhirnya lahirlah kebudayaan yang dapat kita lihat dan nikmati`seperti sekarang ini.

Seiring perkembangan kebudayaan itu, dan untuk memudahkan pengembangan kebudayaan bagi manusia, dibentuklah sekolah. Sejak zaman polis yunani, lembaga-lembaga belajar (sekolah) didirikan hingga sekarang. Bahkan sekarang sekolah seakan-akan telah menjadi bagian dari siklus kehidupan manusia yang harus dilalui oleh setiap orang yang ingin disebut manusia modern.

Begitu terstrukturalkannya sekolah (apapun ingkatannya, SD, SMP, SMA, Perguruan tinggi, akademi, politeknik), sampai –sampai banyak orang yang menganggap lembaga pendidikan formal tersebut sbagai tempat untuk mencari pengetahuan praktis dan final yang langsung dapat diterapkan untuk mendapatkan tujuan –tujaun pragmatis. Padahal sekolah (dalam konsep yang lebih holistik) adalah tempat bagi manusia untuk melakukan pencarian (baca:belajar) makna hidup secara terus-menerus.

Dapat kita lihat sekarang, kecenderungan spesialisasi pegetahuan berkembang dengan pesat. Ilmu pengetahuan kita tercenderung terkotak-kotakkan antara sains, budaya dan social. di SMA dibuat kelas ilmu alam, ilmu sosial dan ilmu bahasa. Di peguruan tinggi mahasiswa di jurusan sains cenderung tidak tertarik untuk belajar kebudayaan dan sosial . padahal bagi anda yang berkecimpung di dunia sains (apalagi untuk disiplin ilmu kesehatan) anda pasti tahu bahwa kesehatan manusia (sains) tidak bisa dilepaskan dari tradisi (budaya) dan kesjahteraan(sosial, politik, ekonomi)

Belajar pada dasarnya butuh keterbukaan pikiran kita tentang sebuah konsep yang lebih holistik. Belajar adalah proses yang berlangsung seumur hidup. dengan demikian, kemuliaan manusia sebagai khalifah akan terjaga.
0 Responses